“janji
ya.. kita berempat itu gk boleh ada yang saling sukaaa” teriakku sambil menatap
satu per satu wajah sahabatku. “lagi pula siapa yang suka kamu Tara?” sambung
Ben dengan nada suara ngeyelnya yang menyebalkan. “kamukan dekil Tara”
disambung lagi oleh Yoyo sambil cekikikan, feril dan ben ikut cekikikan mendengarnya.
“baguslah kalo gak ada yang suka sama aku, biar persahabatan kita gak ada
hambatan mengenai masalah percintaan” dengan nada suaraku yang agak kesal
karena ledekan Yoyo. “kalo begitu ayo kita berjanji akan hal ini” sambung aku
lagi sambil mengacungkan telunjuk ke hadapan ketiga anak laki-laki yang adalah
sahabatku. Yoyo dengan cepat menyentuh telunjukku sambil berteriak ‘aku
berjanji’ disusul oleh Ben. “Feril, ayo berjanji” sapa Yoyo dengan sedikit
memutar kepalanya kearah bocah itu yang tidak menempelkan jarinya untuk
berjanji. Bocah yang cool, smart, penolong, yang memiliki beautiful smile, dan
terkenal *lebih terkenal dari ku dan ben*,
yaitu Feril yang hanya duduk bersantai dibelakang Yoyo. “oh… kamu suka ya sama
si dekil?” sambung Yoyo lagi sambil melepaskan jarinya dariku dan Ben dan
berjalan menuju Feril dengan nampak yang menyeramkan yaitu wajah menggelikan
dengan pipi menaik ke atas hampir menutupi matanya, sebenarnya Yoyo sedang
tersenyum dan melebarkan bibirnya, tapi itu adalah wajah yang sangat
menyeramkan bagi kami. Sedangkan paras Feril yang tampak bingung dengan
menaikkan alisnya sambil mengerutkan jidatnya “ha’??” seruan yang keluar dari
mulutnya yang manis itu. Wajah itulah yang tak bosan-bosan aku lihat. “Tara
bukan tipe kuuuu…” dengan nada dan paras judesnya, kemudian berjalan kearah aku
dan Ben. “Benlah tipe ku” sambil memeluk Ben. “aaaaaaarghhhh” teriak kami
bertiga berlari menjauh darinya. Kemudian kami tertawa geli dengan lawakan
Feril. Kami semua tau bahwa Ferillah yang paling Playboy di kelas jadi tidak
mungkin kalau dia homo, bersaing dengan kapten basket kelas IX-b senior atau
kakak kelas kami yang tampan pula. Feril mendahului kami semua dalam hal
berpacaran, dia mulai pacaran sejak kelas VII. Disaat kami mulai dekat, aku,
Ben, Yoyo, dan Feril mulai saling mengenal satu dengan yang lain, bahkan aku
sebenarnya tidak ingin membahas satu-persatu bekas pacarnya dicerita ini karena
ceritanya akan seperti sinetron tersanjung haha (kalian pasti tau sinetron
tersanjung, sinetron terpanjang bahkan sampai season 6) bukan karena aku cemburu
loh?!!
“Kami
berjanji tidak akan saling suka satu sama lain” teriak kami berempat bersamaan.
Aku ingat pertama kali kami dekat…
Saat itu, Yoyo
bocah yang biasanya super kuper duper aktif dikelas hanya berdiam diri di
bangkunya ketika bel istirahat berbunyi. Di temani oleh Feril yang sebangku
dengannya, Yoyo biasanya akan lebih dulu berlari keluar kelas saat bel
istirahat berbunyi bahkan dia lebih-lebih dulu keluar kelas dari pada guru yang
mengajar dikelas. Yoyo adalah pria yang pertama kali dikenal oleh teman-teman
sekelas ketika pertama kali menduduki bangku SMP yaitu pada kelas VII-a karena
hiperaktifnya itu. Dia sangat menyebalkan bagi banyak murid di kelas karena
leluconnya yang garing, dan lucu hanya menurutnya, bukan lucu menurut kami, itu
sangat jayus. Tapi dialah yang selalu mewarnai hari-hari kami. Aku ingat saat
pertama kali aku bertemu dengannya saat Masa Orientasi siswa, dia bukan anak
yang pemalu jika diperintah senior untuk menghibur kami di lapangan, maka dia
adalah salah satu dari kami yang banyak dikenal oleh siswa-siswa disekolah *disusul oleh feril untuk masalah ketenaran*.
Kemudian saat itu
sangat aneh aku melihat Yoyo hanya bersender saja di meja sambil
menyoret-nyoret bukunya. Sedangkan feril, dia terkadang adalah siswa kelas yang
paling lama keluar kelas saat jam istirahat, maka aku tidak mengherankan bocah
manis itu masih duduk di tempatnya sambil menyoret-nyoret bukunya. Aku memang
siswa yang tidak biasa berada diluar kelas atau kekantin saat istirahat, maka
itu aku bukan siswa yang terkenal dan karena aku selalu dibawakan bekal oleh
ibuku yang memang berjualan makanan2 khas Manado di depan rumah kami.
Well 15 menit
situasi hening di kelas, aku, feril dan yoyo dengan jarak bangku yang cukup
jauh antara aku dan mereka berdua (yoyo dan feril) datanglah Ben pria judes itu
dengan santai. “ini aku bawakan obat” ucap ben sambil melemparkan bungkus obat
ke mejanya. Yoyo mulai bangun dan memegang obat “mana minumnya??”. “hm?? Diemut
ajalaaah..” jawab Ben dengan lantang. Terdengar suara cekikikan yang manis dari
Feril, dia masih mencoret2 bukunya. Aku menengok ke bangku mereka sambil
merapihkan tempat bekal yang telah kosong. “kamu sakit yo? Sakit apa? ini aku
punya minum” sahutku sambil berjalan ke belakang kelas kearah bangku Yoyo dan
duduk di depannya disamping Ben. “kalian berdua bisa gambar manga??” spontan
ucapku melihat gambar Yoyo dan Feril. Ternyata sedari tadi mereka berdua sedang
menggambar. “Ben juga bisa tuh” sahut Yoyo sambil melepaskan pensilnya dan
mulai meminum obanya. Aku berlari ke bangku dengan sangat excited dan mengambil
hasil gambar mangaku di binder di dalam tas.
Smenjak itu kami
memulai hubungan kami dengan sharing masalah comic, dan art. Meskipun kami memiliki sifat yang
berbeda, mulai dari feril yang smart, pendiam dan playboy, yoyo yang Hiperaktif
dan jayus, Ben yang judes, dan aku bocah cewek yang labil, feminin dan sifat care
berlebihan terhadap orang yg ada di sampingku, tapi kami memiliki 1 hobby sama
dan sikap kompak dan saling pengertiannya kami antara satu dengan yang lainnya.
Itulah yang membuat kami bersama.
6
bulan berlalu setelah moment pertama kami merasa cocok, dan seminggu berlalu
semenjak janji tidak akan saling suka. Beranjak dari kelas VIIa ke VIIIc. Kami
mencari bangku yang saling berdekatan, aku duduk disebelah Feril, dan Ben duduk
disebelah Yoyo yang tepat dibelakang aku dan feril.
Setahun
berlalu lagi sejak janji itu, kami telah banyak melakukan kegiatan seru
bersama-sama, suka dan duka. “feril ayo kekantin aja.. pelajaran Kimia sangat
gk asik banget..” bisikku membujuk feril untuk bolos. “gurunya juga genit
bangetkan ril, kamu gk sukakan liat dia yang pake rok mini mulu” hasut Yoyo
menambah. “ayolah, terserah dia mau ikut apa engga’” ajak Ben yang mulai
berjalan meninggalkan bangku, aku dan Yoyo mengikuti berlalu meninggalkan
kelas. Belum jauh dari situ, feril berlari mengejar kami. “kalo kena’ hukum, kita
tanggung bersama-sama” sahut feril. “nah.. gitu dong”… saat kami memasuki
kantin sekolah dan memesan makanan, ternyata guru Kimia kami barusaja selesai
makan dan mau menuju kelas. “kalian? Bukannya saya punya jam dikelas kamu
feril? Mau bolos ya?” Ibu itu sangat hafal dengan wajah feril karena selain
smart, dia juga memiliki wajah yg imut yang digemari banyak wanita. Dan kamipun
dihukum berdiri selama 3jam pelajarnnyanya dia. Belum lagi yang kita ketahuan
main UNO dikelas, kejar2an dilapangan sekolah karena gambar wajah feril yang
aku buat di ambil dan akan ditaru dimading, berkemah didepan rumah Ben, dan
masih banyak lagi… Itu adalah moment yang tidak terlupakan selama di kelas
VIII-c bahkan aku dan Ben jadi ikut-ikutan tenar karena Feril dan Yoyo.
Dari kelas VIIIc
ke IXa, kali ini aku duduk dengan Ben. Perbincangan kami mulai merubah,
membicarakan manga dan Art sudah mulai jarang, menghabiskan waktu merimajinasi
bersama pun sudah mulai jarang. Kami mulai membicarakan Sekolah Menengah Atas
yang kita tuju dan materi tambahan persiapan Ujian Nasional. “kok kamu udah gk
dekil lagi sih dekil?” ucap Ben saat setelah libur panjang memasuki kelas IX.
“ih, bilang kangen kek, apa kek, sebulan gk ketemu, malah komen yang gk
penting” jawabku sambil menggatak. “kamu bedak-kan sekarang Tara?” feril
memegang daguku sambil menggoyangkan kepalaku kekiri dan kekanan. “kok putihan
si Tar? Kayak kambing dibedakin” ledek Yoyo. “ih akukan cewek, wajar dong
bedakan… kalo putihan ia, kemarin aku luluran mulu sama kakak aku dikampung kan
udah mau masuk SMA” jelasku. “ah dasar cewek”. “daripada ngebahas tentang aku
yang mulai tambah feminine, mending kita ngebahas SMA yang cocok untuk kita
berempat” kami berencana untuk masuk kedalam SMA yang sama.
“kamu milik aku
ya sekarang” bisik Ben dijam pelajaran fisika. Aku menatapnya heran, kemudian
menggataknya. “Yoyo pindah kedepan tuh sama Ben” kataku sambil membereskan tas
dan pindah kebelakan disamping Feril. “dia kenapa Ben?” Tanya Yoyo yang sudah
pindah tempat duduk disebelah Ben. “gk tau, dateng bulan kali’” jawab Ben
sambil menengok kearahku dan tersenyum, aku masih dengan wajah judesku. “gk
usah dihiraukan Tara sayang” ujar Feril masih memperhatikan guru yang
menerangkan sambil mencatat beberapa hal yang penting. “sayang???”
Selama menjalani
hari2 dikelas IXa, aku merasa sikap Feril dan Ben sangat berbada padaku,
setelah janji itu, mereka lebih memperlakukanku seperti aku ratu. Setiap aku
merasa tatapan Feril berbeda padaku, aku luluh dan aku melarikan diri. “Yo’ aku
gk suka sama situasi ini” sambil memeluk Yoyo yang adalah tempat pelarianku
dari kedua sahabatku yang mulai aneh. “tau’ tuh anak-anak pada gk jelas, lupa
apa sama janji kita?” Yoyo membela. “Aku hanya takut Yo, kamu gk sama seperti
merekakan?” ucapkulagi sambil menatap yoyo, dia hanya menggelengkan kepala, menggambarkan jawaban tidak.
Ujian Nasional
berlalu, kita mempunyai planning sejak setahun yang lalu untuk pergi ke pantai
dan berkemah untuk merayakan kelulusan. “kalian berdua jadian ya?” ucap Ben
padaku dan yoyo yang mulai lebih sering berduaan. “aku masih menepati janji
kita kok tenang aja..” jawabku judes. “itu makanya dulu aku tidak mau berjanji, aku tau kamu bakalan bikin aku menyukaimu” ujar Feril. “yoyo kok diem aja sih
yo? Kamu ditolak tara juga ya” ledek Ben. “Yoyo yang paling romantic dalam hal
ini, sudah buka websaite kita belum Tar?” pembicaraan memanas, aku mulai
mengerti apa yang mereka bicarakan. Aku langsung pergi meninggalkan mereka
bertiga tanpa satupun kata, yang seharusnya kita pulang besok dan bersenang2
malah kacaw karena para sahabatku mulai berdebat dan mengingkar janji.
Aku menagis
seharian, dan mencari tau apa yang mereka bicarakan tentang yoyo di website.
Aku membuka website yang kami buat untuk menshare gambar-gambar manga kami, dan
disana terdapat sebuah gambar wajahku dan sebuah keterangan akan gambar itu,
bahwa dia memendam rasa padaku menyimpannya erat sejak pertama kali aku
memberikan perhatianku saat dia sakit dulu dikelas VIIa. Menyembunyikannya
lewat sikap kehiperaktifannya dia, senyumnya, tawanya, “dan yang terpenting aku
ingin membuatnya tertawa setiap saat meskipun sakit aku memendamnya. By- Yoyo”
kalimat terakhir yang membuatku sedih. Mengapa baru sekarang aku sadar Yoyo
menyukaiku? Setelah selama ini sikapnya yang melindungiku dan berusaha ingin
membuatku bahagia dan tersenyum? Aku selalu merasa senang berada didekatmu
sejak dulu, dan menyimpannya dengan cemohan ku “ah, Yoyo kamu Jayus deh… gk
lucu tauuu…”
“kamu bodoh Yo’ tidak mencegahku membuat janji
itu dulu, aku bahkan suka padamu sejak pertama kali kita bertemu pada masa
Orientasi Siswa”. Send. Itu isi SMSku untuk yoyo.
To be continue…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar