Get Money

 

9 Jan 2013

CERPEN : Tak Semudah Itu

                “janji ya.. kita berempat itu gk boleh ada yang saling sukaaa” teriakku sambil menatap satu per satu wajah sahabatku. “lagi pula siapa yang suka kamu Tara?” sambung Ben dengan nada suara ngeyelnya yang menyebalkan. “kamukan dekil Tara” disambung lagi oleh Yoyo sambil cekikikan, feril dan ben ikut cekikikan mendengarnya. “baguslah kalo gak ada yang suka sama aku, biar persahabatan kita gak ada hambatan mengenai masalah percintaan” dengan nada suaraku yang agak kesal karena ledekan Yoyo. “kalo begitu ayo kita berjanji akan hal ini” sambung aku lagi sambil mengacungkan telunjuk ke hadapan ketiga anak laki-laki yang adalah sahabatku. Yoyo dengan cepat menyentuh telunjukku sambil berteriak ‘aku berjanji’ disusul oleh Ben. “Feril, ayo berjanji” sapa Yoyo dengan sedikit memutar kepalanya kearah bocah itu yang tidak menempelkan jarinya untuk berjanji. Bocah yang cool, smart, penolong, yang memiliki beautiful smile, dan terkenal *lebih terkenal dari ku dan ben*, yaitu Feril yang hanya duduk bersantai dibelakang Yoyo. “oh… kamu suka ya sama si dekil?” sambung Yoyo lagi sambil melepaskan jarinya dariku dan Ben dan berjalan menuju Feril dengan nampak yang menyeramkan yaitu wajah menggelikan dengan pipi menaik ke atas hampir menutupi matanya, sebenarnya Yoyo sedang tersenyum dan melebarkan bibirnya, tapi itu adalah wajah yang sangat menyeramkan bagi kami. Sedangkan paras Feril yang tampak bingung dengan menaikkan alisnya sambil mengerutkan jidatnya “ha’??” seruan yang keluar dari mulutnya yang manis itu. Wajah itulah yang tak bosan-bosan aku lihat. “Tara bukan tipe kuuuu…” dengan nada dan paras judesnya, kemudian berjalan kearah aku dan Ben. “Benlah tipe ku” sambil memeluk Ben. “aaaaaaarghhhh” teriak kami bertiga berlari menjauh darinya. Kemudian kami tertawa geli dengan lawakan Feril. Kami semua tau bahwa Ferillah yang paling Playboy di kelas jadi tidak mungkin kalau dia homo, bersaing dengan kapten basket kelas IX-b senior atau kakak kelas kami yang tampan pula. Feril mendahului kami semua dalam hal berpacaran, dia mulai pacaran sejak kelas VII. Disaat kami mulai dekat, aku, Ben, Yoyo, dan Feril mulai saling mengenal satu dengan yang lain, bahkan aku sebenarnya tidak ingin membahas satu-persatu bekas pacarnya dicerita ini karena ceritanya akan seperti sinetron tersanjung haha (kalian pasti tau sinetron tersanjung, sinetron terpanjang bahkan sampai season 6) bukan karena aku cemburu loh?!!
                “Kami berjanji tidak akan saling suka satu sama lain” teriak kami berempat bersamaan. Aku ingat pertama kali kami dekat…
Saat itu, Yoyo bocah yang biasanya super kuper duper aktif dikelas hanya berdiam diri di bangkunya ketika bel istirahat berbunyi. Di temani oleh Feril yang sebangku dengannya, Yoyo biasanya akan lebih dulu berlari keluar kelas saat bel istirahat berbunyi bahkan dia lebih-lebih dulu keluar kelas dari pada guru yang mengajar dikelas. Yoyo adalah pria yang pertama kali dikenal oleh teman-teman sekelas ketika pertama kali menduduki bangku SMP yaitu pada kelas VII-a karena hiperaktifnya itu. Dia sangat menyebalkan bagi banyak murid di kelas karena leluconnya yang garing, dan lucu hanya menurutnya, bukan lucu menurut kami, itu sangat jayus. Tapi dialah yang selalu mewarnai hari-hari kami. Aku ingat saat pertama kali aku bertemu dengannya saat Masa Orientasi siswa, dia bukan anak yang pemalu jika diperintah senior untuk menghibur kami di lapangan, maka dia adalah salah satu dari kami yang banyak dikenal oleh siswa-siswa disekolah *disusul oleh feril untuk masalah ketenaran*.
Kemudian saat itu sangat aneh aku melihat Yoyo hanya bersender saja di meja sambil menyoret-nyoret bukunya. Sedangkan feril, dia terkadang adalah siswa kelas yang paling lama keluar kelas saat jam istirahat, maka aku tidak mengherankan bocah manis itu masih duduk di tempatnya sambil menyoret-nyoret bukunya. Aku memang siswa yang tidak biasa berada diluar kelas atau kekantin saat istirahat, maka itu aku bukan siswa yang terkenal dan karena aku selalu dibawakan bekal oleh ibuku yang memang berjualan makanan2 khas Manado di depan rumah kami.
Well 15 menit situasi hening di kelas, aku, feril dan yoyo dengan jarak bangku yang cukup jauh antara aku dan mereka berdua (yoyo dan feril) datanglah Ben pria judes itu dengan santai. “ini aku bawakan obat” ucap ben sambil melemparkan bungkus obat ke mejanya. Yoyo mulai bangun dan memegang obat “mana minumnya??”. “hm?? Diemut ajalaaah..” jawab Ben dengan lantang. Terdengar suara cekikikan yang manis dari Feril, dia masih mencoret2 bukunya. Aku menengok ke bangku mereka sambil merapihkan tempat bekal yang telah kosong. “kamu sakit yo? Sakit apa? ini aku punya minum” sahutku sambil berjalan ke belakang kelas kearah bangku Yoyo dan duduk di depannya disamping Ben. “kalian berdua bisa gambar manga??” spontan ucapku melihat gambar Yoyo dan Feril. Ternyata sedari tadi mereka berdua sedang menggambar. “Ben juga bisa tuh” sahut Yoyo sambil melepaskan pensilnya dan mulai meminum obanya. Aku berlari ke bangku dengan sangat excited dan mengambil hasil gambar mangaku di binder di dalam tas.
Smenjak itu kami memulai hubungan kami dengan sharing masalah comic, dan art. Meskipun kami memiliki sifat yang berbeda, mulai dari feril yang smart, pendiam dan playboy, yoyo yang Hiperaktif dan jayus, Ben yang judes, dan aku bocah cewek yang labil, feminin dan sifat care berlebihan terhadap orang yg ada di sampingku, tapi kami memiliki 1 hobby sama dan sikap kompak dan saling pengertiannya kami antara satu dengan yang lainnya. Itulah yang membuat kami bersama.
                6 bulan berlalu setelah moment pertama kami merasa cocok, dan seminggu berlalu semenjak janji tidak akan saling suka. Beranjak dari kelas VIIa ke VIIIc. Kami mencari bangku yang saling berdekatan, aku duduk disebelah Feril, dan Ben duduk disebelah Yoyo yang tepat dibelakang aku dan feril.
                Setahun berlalu lagi sejak janji itu, kami telah banyak melakukan kegiatan seru bersama-sama, suka dan duka. “feril ayo kekantin aja.. pelajaran Kimia sangat gk asik banget..” bisikku membujuk feril untuk bolos. “gurunya juga genit bangetkan ril, kamu gk sukakan liat dia yang pake rok mini mulu” hasut Yoyo menambah. “ayolah, terserah dia mau ikut apa engga’” ajak Ben yang mulai berjalan meninggalkan bangku, aku dan Yoyo mengikuti berlalu meninggalkan kelas. Belum jauh dari situ, feril berlari mengejar kami. “kalo kena’ hukum, kita tanggung bersama-sama” sahut feril. “nah.. gitu dong”… saat kami memasuki kantin sekolah dan memesan makanan, ternyata guru Kimia kami barusaja selesai makan dan mau menuju kelas. “kalian? Bukannya saya punya jam dikelas kamu feril? Mau bolos ya?” Ibu itu sangat hafal dengan wajah feril karena selain smart, dia juga memiliki wajah yg imut yang digemari banyak wanita. Dan kamipun dihukum berdiri selama 3jam pelajarnnyanya dia. Belum lagi yang kita ketahuan main UNO dikelas, kejar2an dilapangan sekolah karena gambar wajah feril yang aku buat di ambil dan akan ditaru dimading, berkemah didepan rumah Ben, dan masih banyak lagi… Itu adalah moment yang tidak terlupakan selama di kelas VIII-c bahkan aku dan Ben jadi ikut-ikutan tenar karena Feril dan Yoyo.
Dari kelas VIIIc ke IXa, kali ini aku duduk dengan Ben. Perbincangan kami mulai merubah, membicarakan manga dan Art sudah mulai jarang, menghabiskan waktu merimajinasi bersama pun sudah mulai jarang. Kami mulai membicarakan Sekolah Menengah Atas yang kita tuju dan materi tambahan persiapan Ujian Nasional. “kok kamu udah gk dekil lagi sih dekil?” ucap Ben saat setelah libur panjang memasuki kelas IX. “ih, bilang kangen kek, apa kek, sebulan gk ketemu, malah komen yang gk penting” jawabku sambil menggatak. “kamu bedak-kan sekarang Tara?” feril memegang daguku sambil menggoyangkan kepalaku kekiri dan kekanan. “kok putihan si Tar? Kayak kambing dibedakin” ledek Yoyo. “ih akukan cewek, wajar dong bedakan… kalo putihan ia, kemarin aku luluran mulu sama kakak aku dikampung kan udah mau masuk SMA” jelasku. “ah dasar cewek”. “daripada ngebahas tentang aku yang mulai tambah feminine, mending kita ngebahas SMA yang cocok untuk kita berempat” kami berencana untuk masuk kedalam SMA yang sama.
“kamu milik aku ya sekarang” bisik Ben dijam pelajaran fisika. Aku menatapnya heran, kemudian menggataknya. “Yoyo pindah kedepan tuh sama Ben” kataku sambil membereskan tas dan pindah kebelakan disamping Feril. “dia kenapa Ben?” Tanya Yoyo yang sudah pindah tempat duduk disebelah Ben. “gk tau, dateng bulan kali’” jawab Ben sambil menengok kearahku dan tersenyum, aku masih dengan wajah judesku. “gk usah dihiraukan Tara sayang” ujar Feril masih memperhatikan guru yang menerangkan sambil mencatat beberapa hal yang penting. “sayang???”
Selama menjalani hari2 dikelas IXa, aku merasa sikap Feril dan Ben sangat berbada padaku, setelah janji itu, mereka lebih memperlakukanku seperti aku ratu. Setiap aku merasa tatapan Feril berbeda padaku, aku luluh dan aku melarikan diri. “Yo’ aku gk suka sama situasi ini” sambil memeluk Yoyo yang adalah tempat pelarianku dari kedua sahabatku yang mulai aneh. “tau’ tuh anak-anak pada gk jelas, lupa apa sama janji kita?” Yoyo membela. “Aku hanya takut Yo, kamu gk sama seperti merekakan?” ucapkulagi sambil menatap yoyo, dia hanya menggelengkan kepala, menggambarkan jawaban tidak.
Ujian Nasional berlalu, kita mempunyai planning sejak setahun yang lalu untuk pergi ke pantai dan berkemah untuk merayakan kelulusan. “kalian berdua jadian ya?” ucap Ben padaku dan yoyo yang mulai lebih sering berduaan. “aku masih menepati janji kita kok tenang aja..” jawabku judes. “itu makanya dulu aku tidak mau berjanji, aku tau kamu bakalan bikin aku menyukaimu” ujar Feril. “yoyo kok diem aja sih yo? Kamu ditolak tara juga ya” ledek Ben. “Yoyo yang paling romantic dalam hal ini, sudah buka websaite kita belum Tar?” pembicaraan memanas, aku mulai mengerti apa yang mereka bicarakan. Aku langsung pergi meninggalkan mereka bertiga tanpa satupun kata, yang seharusnya kita pulang besok dan bersenang2 malah kacaw karena para sahabatku mulai berdebat dan mengingkar janji.
Aku menagis seharian, dan mencari tau apa yang mereka bicarakan tentang yoyo di website. Aku membuka website yang kami buat untuk menshare gambar-gambar manga kami, dan disana terdapat sebuah gambar wajahku dan sebuah keterangan akan gambar itu, bahwa dia memendam rasa padaku menyimpannya erat sejak pertama kali aku memberikan perhatianku saat dia sakit dulu dikelas VIIa. Menyembunyikannya lewat sikap kehiperaktifannya dia, senyumnya, tawanya, “dan yang terpenting aku ingin membuatnya tertawa setiap saat meskipun sakit aku memendamnya. By- Yoyo” kalimat terakhir yang membuatku sedih. Mengapa baru sekarang aku sadar Yoyo menyukaiku? Setelah selama ini sikapnya yang melindungiku dan berusaha ingin membuatku bahagia dan tersenyum? Aku selalu merasa senang berada didekatmu sejak dulu, dan menyimpannya dengan cemohan ku “ah, Yoyo kamu Jayus deh… gk lucu tauuu…”
“kamu bodoh Yo’ tidak mencegahku membuat janji itu dulu, aku bahkan suka padamu sejak pertama kali kita bertemu pada masa Orientasi Siswa”. Send. Itu isi SMSku untuk yoyo.
To be continue…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar