Get Money

 

1 Des 2011

CERPEN : Benda Yang Sulit Diungkapkan


Sejak dulu aku berada dalam lingkungan yang memiliki bahasa yang unik. Tentu saja bahasa Indonesia, tapi bukan bahasa Indonesia yang baku. Kalian bahkan tahu bukan, kalo di Negara kita yang tercinta ini memiliki banyak bahasa di setiap daerah-daerahnya masing-masing. Tapi sampai sekarang aku masih sangat bingung untuk mengungkapkan, mengucapkan, menamai, atau whatever.. sebuh benda yang kecil yang sering di gunakan, mmm mungkin jarang juga sih.. yang pastinya ini sangat membuatku berpikir seperti memikirkan sebuah rumus resultan gaya  dengan jumlah vektor dari semua gaya yang bekerja pada benda bernilai nol, maka kecepatan benda tersebut konstan. Entahlah.. yang pastinya aku berusaha keras setiap memikirkannya.
Ini berawal dari lokasi tempat tinggalku, kota kecil yang terletak di Sulawesi Utara yaitu Amurang, berjarak ±60km dari Manado. Aku masih berada di kelas 1SD. Dalam kelas yang ricuh tanpa guru aku sedang menulis sebuah tugas ejahan “Ini Budi, itu Budi” yah, dan sebagainya, aku mengingatnya seperti kejadian itu masih kemarin. Disana aku masih terlihat sangat asik dengan tulisanku itu. Saat itu aku masih menggunakan pensil, dan pensilku patah. Yang pastinya saat itu aku tidak membawa benda aneh yang aku tidak tahu harus menyebutnya apa. Yang aku ingat saat itu aku memanggil temanku yang sedang asik bermain dengan teman sebangkunya untuk meminjam benda itu. “apa?” katanya sambil menatapku. Aku hanya membuat isyarat dengan tanganku, dia langsung menanggapinya dan meminjamkan seraya berkata “oh, bor-bor” semenjak itu lah aku tahu bahwa banda itu bernama bor-bor.
Nama bor-bor itu terbawa hingga aku memasuki lembaga pendidikan yang lebih tinggi dari SD, yaitu SMP. Disana saat mengerjakan sebuah pekerjaan matematika aku memerlukan bor-bor untuk menajamkan pensilku. Dengan pedenya aku berkata pada teman sekelasku “hey pinjam bor-bor” diiringi dengan tersenyum tanpa dosa. Entah apa yang dia pikirkan sambil menatapku kira-kira sekitar 5 detik, kemudian berkedip sekali. “bor-bor? Apa itu” tanyanya sambil menatapku penasaran. Aku menunjukan pensilku yang patah. Aku menatapnya dengan sangat gugup karena terlihat dia sedang menahan tawanya untukku. Mungkin dia sedang membungkusnya untukku bawa pulang. Yang pastinya aku tidak akan menyukai situasi ini “oh Parutaaan” dan meledaklah tawanya sambil membongkar isi tempat pensilnya. Selama SMP aku menyesuaikan diri dengan menyebutnya parutan. Setelah terbiasa, itu terbawa hingga SMA. Betapa bruntungnya aku, ternyata disini mereka menyebut benda itu dengan sebutan parutan, sehingga aku tidak perlu beradaptasi dan harus membawa pulang sekantong tawa yang berisi malu.

Selanjutnya, aku merantau ke Jakarta untuk memasuki lembaga Universitas. Kalian pasti sudah menebaknya, “apa parutan??” sambil menatapku menahan tawanya. “mmm, bor-bor.” Kataku sambil berpikir dan menatapnya bego’. Meledaklah tawa teman sekelasku. Seperti biasa yang aku lakukan sejak memasuki lembaga pendidikan, melakukan isyarat. “oh.. Serutaann, kalo parutan itu untuk kelapa putriii”. OMG, I don’t know. But I realyrealy confuse. Mereka memberikanku alasan yang logis untuk kata serutan. Entah apa yang harus aku katakan mengenai “bor-bor, parutan atau, serutan, rautan” aku yakin, kalian juga punya nama lainnya untuk benda yang aneh itu!!

READ MORE - CERPEN : Benda Yang Sulit Diungkapkan