Get Money

 

10 Jan 2013

CERPEN : Tak Semudah Itu Part II

             Beberapa bulan berlalu, kini harus ada semangat baru karena akan memasuki sekolah baru. Ya, SMA baru tanpa Yoyo, tanpa Feril dan Ben. Aku pikir aku takkan bisa bertahan hidup tanpa menghubungi mereka bertiga, meskipun berat badanku naik 3kg karena terlalu banyak makan untuk mengalihkan kegiatan tidak menghubungi mereka bertiga selama liburan panjang kemarin. Tanpa ponsel, tanpa social media, tanpa mereka, hanya ngemil, luluran, menyewa DVD dan menghabiskan waktu menatap layar terpaku di kostan kakakku, “aku kangeeeeen”, sambil menatap foto sahabat2ku yang tersave di ponsel. Semoga saja mereka bertiga bahagia dan menemukan penggantiku diSMA 1 sekolah baru mereka, tempat seharusnya aku bersekolah sekarang.
                *masa orientasi siswa*
                Seharian penuh menjalani orientasi, waktunya pulang dan beristirahat. Badan terasa lesuh dan tak berstamina tanpa mereka bertiga “aduuuuh kenapa harus memikirkan mereka bertiga sih?” teriakku.

Hari kedua menjalani Osperk, waktunya PBB di lapangan “ya ampun, susah payah aku memutihkan badan saat liburan dan sekarang ku buat memerah karena matahari membakarnya” gerutuku. “everybody sit at the site, jangan mengeluh panas karena kami dulu pernah mengalaminya” teriak ketua osis memberikan pengarahan. “dari tiga ribu delapan ratus lima puluh delapan siswa yang hadir sekarang , saya mendapati satu siswa yang sangat smart, tentunya percaya diri, serta kepemimpinan yang terlihat dari cara dia bertuturkata. Dia bisa mencalonkan diri menjadi ketua OSIS nanti setika menduduki kelas 2, tentunya…bla… bla… bla…”ceramah perempuan itu sebagai ketua OSIS. Betapa dia tidak mengerti menyengatnya matahari jam sebelas siang ini dan aku yang berada dibaris paling depan, barisang yang sangat menyiksa karena berhadapan langsung dengan matahari yang terbit dari timur, dia terus saja berbicara dan meninggi-ninggikan anak itu. “kita panggil dia Yoga Pratama, applause” diikuti dengan tepuk tangan seluruh siswa yang lemas kepanasan. Aku hanya menundukkan kepalaku, dan saking kepanasannya aku sampai tidak bisa mendengar apapun yang wanita itu katakan.

“hey kamu, saylermoon” panggil salah satu anggota OSIS dengan mata melotot, aku menengok kearah suara yang terdengar berada dibelakang barisanku. “perhatikan kedepan” teguran menyeramkan dari senior itu. Saylermoon adalah panggilanku pada masa Ospek, mungkin karena rambutu yang menjuntai panjang, dan lurus sehingga papan namaku di coreti dengan panggilan tersebut.

Setelah menegakkan kepala “Yoyo??” teriakku agak kencang, kaget melihat yang berdiri didepan adalah dia, sahabatku yang aku sukai. Aku panic dan menengok kekiri dan kekanan memperhatikan ±3000 siswa secara satu persatu, mencari kawananku yang telah lama tak berjumpa. Feril dan Ben, siapa tau mereka juga masuk kesekolah yang sama. “saylermoon, sini kamu” panggilan senior yang sama lagi, mungkin karena dia memperhatikanku yang tak bisa diam di barisan depan. Aku menutupi wajahku dan berjalan kebelakang agar tidak dikenali oleh Yoyo. “aku pusing ka’ aku mencari anggota Medis atau PMR disekolah ini untuk mengangkatku” ucapku seperti mengidap 5L (letih, lesuh, lemah, lunglai, dan lalai). “Yasaudah, kamu pergi saja keruang PMR” saran dari senior itu, masih dengan nada suara yang  judes. “di ruang PMR ada makan gk ka’ aku belum sarapan soalnya, makanya pusing..” tanyaku sambil tersenyum manja padanya. “kamu harus menunggu istirahat baru bisa kekantin, sana ke ruang PMR dulu, atau aku biarkan kamu pingsan dibarisan” ketus senior. “oh iia ka’” ucapku sambil cepat2 menuju ruang PRM.

“Tara, kamu pasti pura-pura pusingkan?” aku membuka mataku yang hampir saja ketiduran di ruang PMR. “Yoyo?!!! Aaaargh!!!” aku loncat dari tempat tidur dan memeluknya. “kamu kok tau aku bersekolah disini? Kamu pasti memata-matai aku ya?? Feril dan Ben mana?” sejenak aku kembali ke masa lalu dan lupa akan apa yang terjadi pada kami berempat saking meluapnya rasa kangenku. “mereka berdua tetap masuk ke SMA 1 Tar dan kini tinggal aku dan kamu, bisakah kamu melupakan janji mu dan menjadi pacarku?” ucap yoyo yang masih memeluk erat tubuhku. “aku gk bisa Yo’, aku gk mau mengecewakan kalian semua, menyakiti ben dan Feril” aku mencoba melepaskan pelukannya, dan sayangnya itu tidak bisa. Tubuhnya 3x lebih cepat bertumbuh, dan 2x lebih besar dan tinggi dari pada saat kami SMP dulu. “sayangnya, aku sudah memelukmu, aku sudah mendapatkanmu, dan berhentilah memikirkan Ben dan Feril, karena mereka berdua hanya mengikutiku yang lebih dulu menyukaimu”. suara Yoyo yang gentle dan hangat tubuhnya yang memelukku membuat aku luluh “bodoh… kenapa kamu tidak mencegahku membut janji itu? Maafkan aku Yo’ aku tatap tidak bisa mengingkar janji, tak semudah itu bagiku… aku hanya bisa menjadi sahabatmu” ujarku lantang, aku bukanlah orang yang bisa mengingkarkan janji menjilat ludah yang pernah aku buang. “maafkan aku Yo’ jika kisah ini tidak akan berakhir bahagia seperti cerita comic yang sering kita baca”. Ujarku lagi. “aku yang akan membuat cerita ini bahagia, kamu menolakku menjadi pacar, dan aku menerimamu menjadi sahabatku, tapi nanti, kamu tidak boleh menolakku untuk menikahimu” sambil perlahan melepaskan pelukannya dariku. Aku hanya bisa tersenyum, sekali lagi dia membuatku tersenyum dan bangkit dari ketidak semangatnya aku menjalani hari-hariku.

“saylermoon? Kamu sama sekali tidak cocok jadi Saylermoon dekil?” sambil mengacak-acak rambutku, “aaaaarggggh lawakanmu tidak lucu” teriakku. Yoyo kembali dengan lawakannya yang Jayus, canda yang aku rindukan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar