Beberapa bulan berlalu, kini harus ada semangat baru karena akan
memasuki sekolah baru. Ya, SMA baru tanpa Yoyo, tanpa Feril dan Ben. Aku pikir
aku takkan bisa bertahan hidup tanpa menghubungi mereka bertiga, meskipun berat
badanku naik 3kg karena terlalu banyak makan untuk mengalihkan kegiatan tidak
menghubungi mereka bertiga selama liburan panjang kemarin. Tanpa ponsel, tanpa
social media, tanpa mereka, hanya ngemil, luluran, menyewa DVD dan menghabiskan
waktu menatap layar terpaku di kostan kakakku, “aku kangeeeeen”, sambil menatap
foto sahabat2ku yang tersave di ponsel. Semoga saja mereka bertiga bahagia dan
menemukan penggantiku diSMA 1 sekolah baru mereka, tempat seharusnya aku
bersekolah sekarang.
Seharian penuh menjalani orientasi, waktunya pulang dan beristirahat. Badan
terasa lesuh dan tak berstamina tanpa mereka bertiga “aduuuuh kenapa harus
memikirkan mereka bertiga sih?” teriakku.
Hari kedua menjalani
Osperk, waktunya PBB di lapangan “ya ampun, susah payah aku memutihkan badan
saat liburan dan sekarang ku buat memerah karena matahari membakarnya”
gerutuku. “everybody sit at the site, jangan mengeluh panas karena kami dulu
pernah mengalaminya” teriak ketua osis memberikan pengarahan. “dari tiga ribu
delapan ratus lima puluh delapan siswa yang hadir sekarang , saya mendapati
satu siswa yang sangat smart, tentunya percaya diri, serta kepemimpinan yang
terlihat dari cara dia bertuturkata. Dia bisa mencalonkan diri menjadi ketua
OSIS nanti setika menduduki kelas 2, tentunya…bla… bla… bla…”ceramah perempuan
itu sebagai ketua OSIS. Betapa dia tidak mengerti menyengatnya matahari jam
sebelas siang ini dan aku yang berada dibaris paling depan, barisang yang
sangat menyiksa karena berhadapan langsung dengan matahari yang terbit dari
timur, dia terus saja berbicara dan meninggi-ninggikan anak itu. “kita panggil
dia Yoga Pratama, applause” diikuti dengan tepuk tangan seluruh siswa yang
lemas kepanasan. Aku hanya menundukkan kepalaku, dan saking kepanasannya aku
sampai tidak bisa mendengar apapun yang wanita itu katakan.
“hey kamu, saylermoon”
panggil salah satu anggota OSIS dengan mata melotot, aku menengok kearah suara
yang terdengar berada dibelakang barisanku. “perhatikan kedepan” teguran menyeramkan
dari senior itu. Saylermoon adalah panggilanku pada masa Ospek, mungkin karena
rambutu yang menjuntai panjang, dan lurus sehingga papan namaku di coreti
dengan panggilan tersebut.
Setelah menegakkan
kepala “Yoyo??” teriakku agak kencang, kaget melihat yang berdiri didepan
adalah dia, sahabatku yang aku sukai. Aku panic dan menengok kekiri dan kekanan
memperhatikan ±3000 siswa secara satu persatu, mencari kawananku yang telah
lama tak berjumpa. Feril dan Ben, siapa tau mereka juga masuk kesekolah yang
sama. “saylermoon, sini kamu” panggilan senior yang sama lagi, mungkin karena
dia memperhatikanku yang tak bisa diam di barisan depan. Aku menutupi wajahku
dan berjalan kebelakang agar tidak dikenali oleh Yoyo. “aku pusing ka’ aku
mencari anggota Medis atau PMR disekolah ini untuk mengangkatku” ucapku seperti
mengidap 5L (letih, lesuh, lemah, lunglai, dan lalai). “Yasaudah, kamu pergi
saja keruang PMR” saran dari senior itu, masih dengan nada suara yang
judes. “di ruang PMR ada makan gk ka’ aku belum sarapan soalnya, makanya
pusing..” tanyaku sambil tersenyum manja padanya. “kamu harus menunggu
istirahat baru bisa kekantin, sana ke ruang PMR dulu, atau aku biarkan kamu
pingsan dibarisan” ketus senior. “oh iia ka’” ucapku sambil cepat2 menuju ruang
PRM.
“Tara, kamu pasti
pura-pura pusingkan?” aku membuka mataku yang hampir saja ketiduran di ruang
PMR. “Yoyo?!!! Aaaargh!!!” aku loncat dari tempat tidur dan memeluknya. “kamu
kok tau aku bersekolah disini? Kamu pasti memata-matai aku ya?? Feril dan Ben
mana?” sejenak aku kembali ke masa lalu dan lupa akan apa yang terjadi pada
kami berempat saking meluapnya rasa kangenku. “mereka berdua tetap masuk ke SMA
1 Tar dan kini tinggal aku dan kamu, bisakah kamu melupakan janji mu dan
menjadi pacarku?” ucap yoyo yang masih memeluk erat tubuhku. “aku gk bisa Yo’,
aku gk mau mengecewakan kalian semua, menyakiti ben dan Feril” aku mencoba
melepaskan pelukannya, dan sayangnya itu tidak bisa. Tubuhnya 3x lebih cepat
bertumbuh, dan 2x lebih besar dan tinggi dari pada saat kami SMP dulu.
“sayangnya, aku sudah memelukmu, aku sudah mendapatkanmu, dan berhentilah
memikirkan Ben dan Feril, karena mereka berdua hanya mengikutiku yang lebih
dulu menyukaimu”. suara Yoyo yang gentle dan hangat tubuhnya yang memelukku
membuat aku luluh “bodoh… kenapa kamu tidak mencegahku membut janji itu?
Maafkan aku Yo’ aku tatap tidak bisa mengingkar janji, tak semudah itu bagiku…
aku hanya bisa menjadi sahabatmu” ujarku lantang, aku bukanlah orang yang bisa
mengingkarkan janji menjilat ludah yang pernah aku buang. “maafkan aku Yo’ jika
kisah ini tidak akan berakhir bahagia seperti cerita comic yang sering kita
baca”. Ujarku lagi. “aku yang akan membuat cerita ini bahagia, kamu menolakku
menjadi pacar, dan aku menerimamu menjadi sahabatku, tapi nanti, kamu tidak
boleh menolakku untuk menikahimu” sambil perlahan melepaskan pelukannya dariku.
Aku hanya bisa tersenyum, sekali lagi dia membuatku tersenyum dan bangkit dari
ketidak semangatnya aku menjalani hari-hariku.
“saylermoon? Kamu sama
sekali tidak cocok jadi Saylermoon dekil?” sambil mengacak-acak rambutku,
“aaaaarggggh lawakanmu tidak lucu” teriakku. Yoyo kembali dengan lawakannya
yang Jayus, canda yang aku rindukan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar