Get Money

 

10 Jan 2012

CERPEN : Merindukan bulan

Diatas sini, aku dan sahabatku menatap langit yang gelap, dan takkan ada awan putih yang berjalan terbawa angin, serta tak terlihat warna kuning karna silaunya matahari. Tapi Resa adalah matahari yang menyinari hatiku. Ketika senja mulai berdatangan, jingga akan menggantikan warnanya, lalu gelap akan menyelimuti malam-malam dimulainya hidup ku. Bercerita, bercanda, menangis, terharu, semuanya menjadi kenangan yang sangat indah di atas sini. Kami menyebutnya kerajaan pink. Tentu saja karena aku sangat menyukai pink. Atap rumahku kami jadikan sebagai kerajaan, dimana kami melakukan segala hal di sana, Aku dan Resa. Kami mulai bersahabat sejak kami berumur 8tahun. Sering bertemu dan berbagi cerita di tempat pengajian kami sehabis magrib. Berbeda sekolah bukanlah menjadi hambatan kami untuk bersahabat. Dia kemudian sering datang dan berkunjung kerumahku. Kemudian dia diadopsi oleh orangtuaku di panti asuhan tempat dia dibesarkan.
Kami menobatkan atap rumahku sebagai kerajaan kami pada tanggal 31 desember 2005 itu saat kami  SMP. Dikala hujan kami akan basah dan bernyanyi disana “Sebuah Kisah Klasik” oleh Shela On 7 atau bahkan kami akan menyanyikan 1 album lagunya. Kami sangat menyukainya. Meskipun lagu itu menceritakan persahabatan yang akan pisah, namun tetap saja aku berharap ini tidak cepat terjadi padaku dan Resa, ini hanyalah masalah waktu dan sebuah lagu, karena aku tahu dalam sebuah pertemuan akan ada perpisahan. Kau tahu? Aku mencintai Resa melebihi cintaku pada diriku sendiri. Kami berbagi pacar, berbagi orangtua, berbagi teman, sampai hal2 kecil yang aku dan dia punya. Kami tidak pernah membawa siapapun kedalam kerajaan kami. Itu hanya milik kita berdua Aku dan Resa. Perdebatan hanya akan terjadi jika kami mulai sibuk dengan kegiatan bersama pacar kami masing-masing, dan itu sangat jarang terjadi. Ya! Itu sangat jarang! Karena lamanya waktu kami berpacaran dengan para pria tidak akan lebih dari 2 minggu. Dan itu sangat kebetulan terjadi selalu saja bersamaan. Ketika aku ingin mengenalkan pacarku pada Resa, dia ternyata juga ingin melakukan hal itu. Saat tadi pagi aku putus dengan pacarku, sorenya ketika Resa berada di sekolah Dia akan menelpon dan memberitahu padaku kalau dia juga. Entahlah, apa yang terjadi pada kami berdua. Dengan tinggi badan yang sama, kebanyakan orang akan bertanya “apa kalian kembar?” bentuk wajah kami juga sama. Hanya saja Resa agak kecoklatan kulitnya karena senang dengan olahraga Volly. Sedangkan aku putih pucat, tapi kata Resa aku seputih salju. Dia adalah satu-satunya orang yang berkata seperti itu. Aku bahkan tak pernah bertanya pada pacar, orangtuaku atau kedua adikku. Karena mereka masih kecil-kecil. Haha
Resa senang mengikuti lomba hingga tingkat nasional. Jika lomba yang diselenggarakan malam, aku selalu ada di sana dengan kedua orangtua kami. Karena aku akan melakukan apapun demi membuat sahabatku semangat. Begitu juga dengannya pada ku.
Dunia remajaku kebanyakan kami habiskan dimalam hari. Kami bisa kemana saja yang kami mau saat malam hari atau kami hanya berada dalam kerajaan menatap bulan yang tepat di atas kepala kami sampai kami harus tidur terlentang dan menghabiskan cemilan sebagai makanan kerajaan sambil diisi dengan membicarakan kejadian seru yang dialami seharian penuh tadi. Biasanya aku hanya dalam posisi mendengarkan, karena Resa memiliki banyak sekali kejadian yang menyenangkan dan seru dalam kesehariannya baik disekolah, ataupun ditempat dia latihan. Atau kami akan pergi ke cave, club malam, dan menghabiskan waktu di sana sampai pagi atau sampai kami lelah menari. Kami bahkan pernah pergi ke tempat jaipong yang dipenuhi oleh om-om yang tidak puas dengan istrinya dirumah. “sawer?? Saweeerrr…” haha kami akan berjoget disana, tertawa dan menertawakan orang. Tentu saja disana kitalah yang paling muda. 16 tahun. Ya dalam umur itu aku menjalani derita penyakit aneh, bukan xeroderma pigmentosum [XP] penyakit kulit yang tidak bisa terkena sinar matahari. Bukan! tapi sebuah kesalahan yang berawal dari demam saat aku berumur 2 tahun yang membuat aku mengalami kejang-kejang. Saat itu aku terlambat dilarikan ke RumahSakit, kemudian aku dirawat inap. Setelah beberapa hari sembuh, aku kembali sakit kemudian dirawat lagi, begitulah seterusnya, sampai berumur 7 tahun aku dilarikan ke Singapure untuk berobat, sembuh sih, aku tidak lagi mengalami demam dan kejang-kejang. namun setelah itu entah mengapa ini menjadi mimpi buruk bagi ku. Tidak ada lagi kejang-kejang tapi beberapa syaraf didalam otakku tidak lagi berfungsi yang mempengaruhi daya tahan tubuh dan mataku.
Badan ku akan sangat lemas, bisa saja kau menyebutnya lumpuh hingga tak bisa berbicara dan itu akan terjadi jika aku terkena sinar matahari dan menonton tv dalam jarak <5 m. sehingga aku tidak pernah keluar disiang hari dan menonton tv. Aku hanya akan membaca majalah untuk mengetahui perkembangan dunia remaja, dan melakukan aktivitas didalam rumah seperti sekolah private jam 7 malam sehabis aku mengaji. Jam 10 aku akan keluar rumah atau berdiam di kerajaan bersama sahabatku Resa. Hingga Resa mengantuk dan tertidur di sana. Resa menjalani sekolah siang agar dia bisa menemaniku saat malam nanti. Aku adalah gadis normal saat malam, dan disana aku sangat kesepian dan merasa gelap. Itu sebelum aku bertemu dengan Resa.
“Aku ingin jalan-jalan besok” Aku menatap resa dengan tatapan harapanku. “mau jalan kemana? Kita ke Plaza senayan gimana?” sahut Resa sambil tersenyum penuh tanya. “emang udah buka ya jam 6 pagi?”. Resa hanya menatapku. Raut wajahnya berubah menjadi kebingungan. “pokoknya aku mau jalan besok pagi!” teriakku memaksa. “gk bakalan di izinin Raniaaa” teriaknya. Aku tidak memperdulikan ucapannya, aku terus berjalan perlahan keluar kamar dan menuju meja makan. Seperti biasa disana keluargaku yang harmonis sedang duduk makan malam, kemudian aku melihat Resa menyusulku dan duduk mengambil piring dan makan bersama. Posisi kepalanya yang sedang focus pada makanan sedikit menunduk perlahan menatap ku.
“emm Umi, Aba, besok Rania mau jalan sama Resa. Besokkan hari minggu, Resa gk sekolah, Rania mau jalan sehari semalam sama Resa” perkataanku membuka percakapan saat heningnya suasana makan malam. Aku melihat perubahan wajah dasar Umi dan Aba yang tadinya biasa saja berubah, kerutan didahi adalah salah satu perubahan yang sangat terlihat. “gk bisa!!” dengan nada suara yang tinggi, dan Aba menggeletakkan sendok dan garpunya lalu berhenti makan. Aku penatap Umi kemudian dia tersenyum, seperti senyuman yang sangat menyedihkan. Karena matanya tidak tersorot mata kebahagiaan atau senyuman yang tulus. “Resa bisa nganterin Rania?” Umi mendinginkan suasana yang tegang. Aku menatap Aba yang terlihat cemas dengan kedua tangannya di letakkan diatas meja.
“bissa Umi, besokkan hari minggu”, jawab Resa. Aku tersenyum sambil menatap Resa yang tersenyum, kurasa itu senyuman terpaksa. Selesai makan kedua adikku sibuk dengan kesibukkan mereka, Resa menuju kerajaan sedangkan Umi dan Aba terlihat berjalan menuju ke ruang kerja. Aku bukan orang yang suka menguping, tapi kali ini aku mau tahu kenapa Umi mengizinkanku pergi dan apa yang akan dijelaskan Umi kepada Aba.
“Umi ngeliat rambut Rania yang rontok Ba, Umi ngeliat Rania mimisan saat dia tidur, jadi Umi pikir ini saatnya dia melakukan apapun yang dia mau” aku melihat Umi yang tak bisa lagi menahan tangis. Kemudian aku beranjak dari sana menuju ke depan tv dimana terdapat kedua adikku yang sedang asik nonton. Kami bercanda dan tertawa, rasanya ini barusaja terjadi. Aku tidak pernah begini kecuali dengan Resa. Sampai sekarang kedua adikku Radit yang telah berumur 5 tahun dan Rini yang berumur 4 tahun. Resa berjalan menghampiri dan dia tersenyum melihatku ikut bermain dengan kedua adikku. Kemudian dia beranjak dan berlari menuju kamar. Aku dan kedua adikku sampai tertidur disana dan tidak ada yang membangunkan kami untuk pindah kekamar kami masing-masing. Hingga saat aku terbangun subuh, dan menggendong mereka berdua kekamar. Setelah sholat subuh, aku mandi dan membangunkan Resa.
            Seperti biasanya, jika ada kesempatan Resa selalu menyisirkan rambutku dan begitu juga saat ini. Tiba-tiba Resa membalikkan badanku dari depan kaca meja rias, aku sama sekali tidak ingin menatap Resa dan tangisannya karna menangisi rambutku yang mulai habis. Aku ingin bahagia hingga saatnya aku mati.
            “perjalanan ini akan sangat menyenangkan bukan?” tanyaku dengan nada suara yang bahagia. Aku tak mendengar jawaban Resa, mungkin dia hanya mengangguk. Dia melilitkan sebuah jilbab untukku “sudah cantik” kata Resa.
            Kami pergi ke taman Kota, hanya aku dan Resa. Disana banyak pepohonan yang melindungiku. Saat Azan Zuhur berguman, aku mulai menatap langit kemudian menatap Resa. “Ran, hidung kamu berdarah” dengan nada suara yang bergetar. Dia berlari menuju mobil dan mengambil kursi roda yang sudah Umi siapkan untukku. Aku yakin dia tahu ini akan terjadi.
            Aku merasakan sengatan matahari yang menembus ranting-ranting pepohonan menusuk sampai kulitku. Rasanya sangat hangat dan aku bisa mengingat hal-hal yang Aku dan Resa lakukan tadi. Berjalan mengelilingi taman sambil menenteng cemilan yang kami persiapkan, main ayunan, bercanda di samping danau dan duduk menatap air yang mengalir menuju tempat yang indah. Aku tak ingin pulang Res, Aku ingin ketempat lain, aku ingin kemanapun tempat yang bisa membuatku tertawa tanpa harus mengingat kematianku yang akan datang sebentar lagi. Tapi aku tidak bisa bicara, aku tidak bisa mengatakannya, mataku pun rasanya sangat sulit untuk di kedipkan mulutku kaku.
Saat terbangun dari tidurku, aku berada di dalam mobil, aku berpikir kami sudah pulang karena kejadian tadi. Resa yang sedang menyetir tiba-tiba berhenti dalam antrian mobil yang panjang. “macet??” tanyaku, kemudian aku mendengar tawa Resa yang kemudian menatapku “ayo bangun dan lihat”. Ternyata kami sedang mengantri diautomatic car wash, cuci mobil otomotis. Aku yakin kamu tau, di sana kita tidak perlu keluar dari mobil, hanya perlu menutup jendela yang rapat agar air tidak masuk kedalam mobil dan mesin pencuci mobil otomatis akan memancarkan cairan sabun kepadamu. Salah satu tempat kesukaanku dan Resa untuk bersenang-senang. Kami masuk kedalam terowongan dan satu persatu alat itu akan memancarkan air ke mobil, mobil akan berjalan sendiri dipandu oleh alat-alat ini dan menyemprotkan air sabun, dan bergitulah seterusnya hingga mobilmu bersih. Di terowongan yang gelap, kami akan berteriak, bernyanyi, dan terkadang saat kami sedang enak-enaknya bernyanyi dan menghayati ternyata mobil sudah selesai dicuci dan telah keluar dari terowongan pencuci mobil. Kami akan merasa malu karena mereka yang berada di luar akan menatap kami dengan tatapan yang heran, seperti kamu sedang kepergok telanjang. Terbayang tidak malunya?
Kami melakukan hal yang sama disana, kemudian melakukan transaksi dan pergi sambil tertawa terbahak-bahak dengan apa yang kami lakukan tadi. “ tadi kamu tidak mengantarku pulang?” tanyaku menghentikan tawa Resa. “katanya kamu mau jalan bersamaku sehari semalam??” sambil tersenyum melanjutkan menyetir. Aku menggerakkan badanku melangkah maju ke bangku depan agar bisa menemaninya menyetir. Kami kemudian bercerita dan menceritakan tentang banyak hal, seperti style jilbab yang baru, model baju sophie M yang baru, karna sepertinya aku akan mulai mentupi kepalaku dengan jilbab J
Saat waktu ashar, kami sudah sampai di Mall Taman Anggrek. Ternyata Resa membuat janji dengan mantan kami. Kini kami jadi berempat, sangat seru! Mungkin Gustam dan Edgar kaget karna aku sudah mengenakan jilbab.
“Rania tambah cantik aja pake jilbab” gombal Edgar mantanku. Aku hanya tersenyum dan menatap Resa yang berjalan menuju Gustam lalu mengandengnya. “ayo kita ke iceskating” ajak Resa yang berjalan duluan bersama Gustam. Perasaan ku jadi degdekan berjalan di samping Edgar, padahal aku sudah beberapa bulan putus dengannya. Edgar tiba-tiba memegang tangan ku, aku menatapnya dan tersenyum. Kami menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. Selanjutnya kami mengantar mereka pulang, tepat pukul 00.10 aku dan Resa masih berada dalam perjalanan pulang. Kami membicarakan hal yang terjadi seharian tadi. Terlebih banyak kami membicarakan betapa serunya kami bersama mantan pacar kami. Doubledate J aku bahagia, aku benar-benar merasakan bahagia. Sebahagianya diriku hingga aku tak bisa bernafas, aku merasa seluruh badanku kaku dan tak bisa bergerak, hingga jantungku berhenti berdetak. Rasanya sakit keluar dari raga yang Tuhan ciptakan untukku. aku bahkan ingin menangis karna begitu sakitnya terasa hingga ujung rambutku. Tapi inilah kematian yang aku inginkan, sakit itu bahkan tidak terasa karna bahagianya aku bersama Resa.
Sesampainya di rumah, aku melihat Resa menggotongku masuk ke dalam rumah sambil menangis, aku yakin itu adalah tangis bahagianya untukku.
“Aku Sayang kamu Resa, dan aku akan menunggumu di sini, di kerajaan Kita”. Bisikkan ku itu akan terbawa oleh angin menembus kalbunya.
Beberapa bulan kemudian, aku merasa kesepian disini. Menunggu Resa datang, tapi tak ada satupun bayangannya muncul. Entahlah, mungkin keluargaku pindah rumah dan membawa Resa, aku berharap mereka tidak akan jahat kepadaku dan kembali membawa Resa kesini. Aku sangat sedih sehingga tiap malam aku hanya bisa membayangkan wajah Resa berada dilangit. Semenjak itu bulan tidak ada, dia hilang bersama Resa. Yang aku butuhkan sekarang bukanlah cahaya matahari yang dipancarkan Resa setiap hari-harinya aku, tapi kenangan dari cahaya bulan yang disinarkannya saat malam-malamnya aku bersamanya. Aku merindukan bulan itu dan berharap bulan itu datang secepatnya, menghapus airmata dan menghentikan tangis kesepian ku di tiap hari dan malamnya aku menunggunya. Sungguh aku merindukan bulan.
READ MORE - CERPEN : Merindukan bulan

CERPEN : Kamu Aku dan Harapan

KAMU
Saat aku berada disini sendiri, bisakah kau menemani? Aku sedang berada di dalam bus kota duduk memojok sendiri dalam perjalanan jauhku yang sangat melelahkan, bisakah kau memberikan bahu mu untuk ku bersandar sejenak? Kini aku berada di sekitar orang-orang yang menghadiri sebuah pesta, ku lihat mereka bersama dengan pasangannya. Beberapa aku mengenal mereka, dan beberapa hanya mengenal tampang saja. Berdiri sendiri dikelilingi begitu banyak orang dengan senyum penuh kesedihan, bisakah kau menemaniku? Ketika aku lelah dan tak beraktivitas, adakah kamu untuk menghilangkan letihku? Menjadi penghiburku? Memberikan perhatianmu dengan belayan lembut terusap di sepanjang rambutku yang terurai ikal? Atau menghusap pipi yang halus tebal dengan bedak dan merah merona dengan makeup?
Kebiasaanku setiap harinya sepi tanpa mu. Merindukan mu adalah rutinitas setiap detik-detiknya aku bernafas dan setiap jantungku berdetak. Di setiap langkah kakiku yang ayu tak lepas dari sebutan namamu. Hanya aku dan kalimat manis rinduku pada mu yang tau setiap rutinitas yang aku kerjakan hanya untuk memikirkanmu. Entah apa kau percaya atau tidak, tapi aku merasa ini sungguh sakit jauh darimu!
Kau akan datang beberapa kali dalam sebulan, mencumbu, bercanda dan merasakan manisnya tubuhku melepas rindu dengan kecupan manismu. Itu tidak cukup bagiku, tapi kau tetap pergi. Menangis adalah salah satu kebiasaanku mengisi sunyi bersama kesepianku tanpamu. Dalam gelap akan ada setiap isak tangisku terdengar menusuk relung hati setiap orang yang mendengarkannya. Sangat gampang bagiku mengucurkan air mata untuk menangisi sepinya aku tanpamu. Itu membuatku merasa sangat cengeng lepas dari masa laluku yang riang.
Doa yang teriring dalam setiap hari-harinya aku menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa, meminta kau akan selalu untuk ku, meminta kau akan datang dan takkan pergi dari ku, mengisi setiap sepiku yang terasa menusuk-nusuk ragaku!
AKU
Mencoba berpaling dari kesepian, mencoba mencari perhatian dari mereka yang ingin memberikannya padaku. Tapi aku ingin Kamu, seseorang yang tidak bisa memberikannya setiap waktu aku membutuhkannya. Hanya kamu yang aku mau memberikan seluruh cinta yang ingin diberikan pria lain kepadaku. Tapi kamu tidak sanggup dan selalu berkata “ini hanyalah masalah waktu”. Selalu berkata manis menenangkan perasaan ku yang kacau jika khawatir dengan rutinitas mu yang nantinya akan menghilangkan perasaan cintamu padaku. Namun sesungguhnya aku belum benar-benar yakin tentang apa yang selalu kau ucapkan kepadaku. Benarkah kau mencintaiku? Dan selalu merindukanku? Menyayangiku dengan setulus cintamu? Itu tidak pernah terbaca dari setiap kau manatapku. Bahkan aku lupa apakah kau pernah membelai kepalaku? Atau mengusap pipiku, memegang wajahku, dan memelukku untuk menghangatkan dinginnya sepi ini yang menusuk-nusuk seluruh tubuhku? Seperti yang kumau!
Dan
Setiap hati yang selalu bertanya “sampai kapan akan bertahan” dan setiap jiwa-jiwa lain yang menunggu “palingkanlah cinta mu” maka bertambah besar dan kuatlah cintaku pada mu.
Harapan
Ketika seluruh janji-janjimu kau tepati, kemudian setiap genggaman harapanku kau penuhi, maka aku akan bahagia dengan seluruh dan sepenuh hidupku yang ada, yang aku habiskan hanya dengan merindukan, memikirkan, dan sakit karna itu. Tak akan sia-sia.
Jika kau terus membawaku dalam lamanya penantianku terhadapmu, maka satu hal yang harus kau tahu, bahwa aku akan selalu menantimu dalam setiap dinginnya sepi yang kau ciptakan dan setiap sakitnya rindu yang kau bentuk untuk menusuk-nusuk seluruh hatiku. Aku selalu berusaha keras untuk setia.
READ MORE - CERPEN : Kamu Aku dan Harapan