Satu tahun empat bulan delapan hari, aku terkurung dalam hatinya
yang sepi, gelap, kelam dan ketakutan. Aku selalu bertanya-tanya mengapa aku
berada disini? Di dunianya dan terkurung dalam semua aturan yang dia berikan?
Mimpiku kini berubah dari mimpi ingin menjadi gadis terbahagia dengan
pangerannya layaknya cinderela menjadi rasa ingin bebas dan ingin melakukan
apapun yang aku mau. Dia bukan pria yang bisa memanjakanku, atau pria yang
penuh perhatian. Tapi dia adalah pria yang penuh aturan dan kekerasan namun
dialah pria yang aku cinta, sedangkan aku? Aku adalah wanita bodoh yang terjerumus
kedalam dunianya, menjadi bonekanya, dan gadis yang mulai merasa bosan dengan
semua itu!
Aku tersadar dari jatuhnya aku kedalam hatinya sejak pertengkaran
hebat kemarin. Dia mengayunkan sehelai telapak tangannya ke pipiku dan
membiarkan aku menangis semalaman sejak keempat kawan karibku pulang dari
rumah. Apa aku terlalu bodoh, hingga harus selalu jujur apa yang aku lakukan
dalam keseharianku? Tapi apa ada gunanya jika aku berbohong? Ya! Setidaknya
jika aku berbohong dia tidak akan menamparku hari ini. Tapi bagaimana dengan
hari-hari sebelumnya dia memukulku? Apa itu karna kejujuranku?
Aku tidak bisa hidup tenang selama ini karna semua aturannya. Tapi
aku selalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa aku ingin bebas. Aku
tidak ingin diatur dengan siapa aku harus berteman, apa yang harus aku lakukan
hari ini, dan kapan aku harus keluar rumah atau berada di rumah!
Lima bulan berpacaran dengannya itu adalah hal yang indah, dia
begitu ramah, dan sangat menyenangkan. Dan entah apa yang merasukinya, pria
posesif ini mulai menunjukkan sifat aslinya. Sedangkan aku, sudah terperangkap
didalam semua aturannya. Mungkin didalam benak anda, aku hanya perlu memutuskan
dan meninggalkannya. Apa kalian tau? Aku selalu ingin melakukan hal itu, tapi
aku takut menghilangkan semua kenangan tentang apa yang telah aku lakukan
dengannya selama ini. Apakah ada pria lain yang bisa menerima keadaanku
sekarang? Dalam pikiranku, itu sangat mustahil!
Hari ini aku tidak mempedulikan hal itu. Aku tidak peduli apakah
nanti ada pria yang bisa menerimaku, ataukah tidak! Adakah cinta tulus yang
dapat menggantikan keegoisannya? Itu sama sekali menghilang dari bayangan
benakku selama beberapa hari. Yang aku pikirkan dan terpenting sekarang aku
ingin bebas diusia mudaku 18tahun ini! Aku ingin memiliki dunia seperti dunia
gadis-gadis lainnya. Dan aku ingin berteman dengan siapapun yang aku mau.
Keluar rumah dan mencari hal-hal baru itu sangat menyenangkan. Kemudian aku
akan membuat pesta setiap hari dan berkumpul dengan teman2ku di rumahku
sendiri! Aku rindu dengan semua itu, semua yang aku lakukan sebelum aku bertemu
dengan Brian pria usia 19thn ini!
Dengan gugup aku merencanakan kebebasanku dari Brian. Aku menutup
semua jendela, pintu rumah, dan tak kubiarkan ada sedikitpun cela disana. Aku
menyambar handphone dan tas dikamar, kemudian melangkahkan kaki dengan perasaan
waswas, lalu berlari sekencangnya meninggalkan rumah. Dengan gemetar aku
mengetikan SMS untuknya “Aku ingin bebas darimu, maka aku ingin kita putus
setelah 1detik kamu membaca pesan ini” send! Aku menelan ludah dan menunggu
respon darinya. Cuaca disini begitu panas, dan jantungku berdetak sangat
kencang sambil terus-menerus menunduk menatap handphone yang aku genggam. Aku
mulai bosan menunggu dan meletakkan HP dikantong, belum lepas handphone dari
genggaman, dia kemudian berdering. Terlihat disitu namanya dan membuat
keringatku bercucuran diseluruh wajahku. Sejenak aku berpikir apa aku harus
mengangkatnya atau tidak.
“Hallo?” sahutku dengan nada ketakutan. “Kamu dimana?”
“a… a…emm… aku.. aku dirumah.” Dengan mata melotot menunggu
jawaban darinya.
“kalau begitu, bukakan pintu, aku sekarang berada di depan pintu”
dia berkata seolah-olah tidak terjadi sesuatu. Dengan nada bicara yang lembut,
dan penuh dengan permohonannya membuat aku hanya diam membisu, berpikir “apa
dia sudah berubah? Apa dia tidak akan memukulku lagi?” gumam itulah yang
terbenak dalam pikiranku. Aku berdiri dan melangkah menuju rumah. Masih jarak
10 meter, aku melihatnya berdiri tegap di depan rumah sambil memegang HP
menunggu kubukakan pintu. Aku terdiam sejenak tidak meneruskan langkah kaki,
aku bahkan berjalan mundur dan membalikkan badanku.
“Aku tidak mau membukakan pintu. Aku takut kau akan memukulku”aku
masih berbicara dalam telpon. “Febi… Febi… dimana kamu?” tut..tut..tut… telpone
kemudian terputus. Aku lupa! Dibawah pot terdapat kunci cadangan, dan dia tau
itu!! Aku berlari sekencang mungkin menjauh dari sana, menaiki angkot dan
menunggu sampai angkot ini berhenti ditujuannya. Aku tidak tau dimana dan kapan
angkot ini akan menghentikan perjalanannya! Masih dalam perjalanan, HP kemudian
bordering.
“Hallo?”
“kamu dimana Feb? nanti kamu kenapa-napa dijalan” dalam pikir ku,
apa dia lupa kalo aku memiliki ban hitam karate? Kali ini aku tidak akan
termakan omongannya. “aku di dalam kamar”.
“Kamar yang mana? Kamu jangan mempermaikanku Feb, kamu berani sama
aku? Lalu apa…” tut..tut..
Aku memutuskan telpon, dan mematikan HP. Dia mulai kesal dan nada
suaranya mulai kasar. Aku tidak suka. Aku pergi kekos teman dan menginap
beberapa hari di sana. Aku bahkan takut untuk balik lagi kerumah ku! Kurasa,
aku tidak akan pernah kembali!!
Kini, apa aku merasa bebas? Ya! Tentu saja! kini aku dapat
melanjutkan mimpi-mimpiku yang stuck.
Kemudian kalian akan berpikir “lalu apa yang terjadi dengan Brian?
Atau, apakah kalian tidak bertemu lagi? Bagaimana dengan rumah, barang-barang,
dan kehidupanmu selanjutnya?” itu akan terjawab jika kamu membayangkan
kebebasanku dalam minggu-minggu ini. Dan aku tak ingin ini berakhir… so???