Get Money

 

14 Apr 2012

CERPEN : Berakhir Dimalam Itu


Di sore itu, seorang gadis dengan pipi merona duduk terpojok sambil membasahi pipinya yang sedikit tembem. Dia menangisi seseorang yang dia tau akan meninggalkannya. Mungkin belum sekarang pikir gadis itu, tapi suatu saat nanti dia yakin pria yang berstatus pacarnya itu akan meninggalkannya. Terdengar isakkan tangisnya semakin kencang, dia memikirkan apa yang akan terjadi nanti kalau dia ditinggalkan. Semua itu dia ketahui dari sebuah jejaring social yang menunjukkan sesuatu yang mencurigakan milik Alex pacar dari Aii pasangan yang sama-sama berusia 18 tahun. Di sana Aii menemukan sebuah percakapan Alex dengan temannya yang mengatakan bahwa Alex tidak benar-benar mencintai Aii. Itu adalah sebuah pernyataan yang cukup jelas bagi Aii untuk mengetahui bahwa Alex akan meninggalkannya.
 Dering handphone Aii berbunyi, dia menghapus kedua airmatanya kemudian mulai mengangkat telpon. “Hallo” sapa Aii dengan suara yang terdengar masihlah lesuh. “Aii, kamu udah siap-siap?” kata-kata itu membuat Aii ingat bahwa hari ini Alex mengajaknya makan malam bersama keluarga Alex. “ya ampun sayang aku belum mandi” sambil berdiri dan bergegas menuju kamar mandi. “yasudah, gk usah buru-buru sayang, ini juga masih jam 5 sore” jawab Alex menenagkan pacarnya yang terdengar sedang terburu-buru.
Mereka berdua adalah pasangan yang sangat harmonis, jarang sekali terdengar mereka berkelahi, bercekcok atau semacamnya. Aii adalah gadis dengan wajah yang manis dan Alex pun tidak kalah manisnya. Mereka berdua telah menghabiskan waktu 8 bulan untuk pacaran dan sekarang Aii di ajak Alex untuk dikenalkan kepada orang tuanya.
Tepat jam 6.30 sehabis magrib Aii di jemput Alex, Aii sebenarnya masih menyimpan sebuah kekesalan dari apa yang dia baca tadi siang. Tapi Aii tidak mau merusak suasana yang harmonis ini untuk yang pertama kalinya. Mereka menuju rumah Alex dan sampai tepat pada pukul 7.00 dimana keluarganya sudah mulai berkumpul dan berbincang-bincang di meja makan menunggu kedatangan Alex. “sayang, aku gugup” berbisik dan tersenyum manis kepada keluarga Alex yang menyambut hangat kedatangan Aii. “tenang aja sayang, mereka pasti suka kok pilihan Alex” sekali lagi Alex menenangkan Aii.
Malam itu adalah malam yang menyenangkan, mereka bercerita akrab sekali seakan-akan Aii sudah lama dikenal keluarga Alex. Namun tetap saja tulisan itu tidak sekalipun hilang dalam ingatan Aii. Aii berada didalam posisi kemunafikan dimana dia harus tersenyum didalam kehancuran yang membuatnya bingung dan bertanya-tanya “untuk apa semua ini jika kamu akan meninggalkan ku?”. Namun sekali lagi Aii tidak mau merusak suasana makan malam yang mengasikkan.
Makan malam dan perbincangan telah usai dan kurang lebih jam 9 Alex mengantar Aii pulang. Seperti biasa, Aii akan mencium tangan pacarnya dan berkata “hati-hati sayang, jangan ngebut” tapi bukan itu yang keluar dari mulut Aii.
“Apa kamu mencintai ku?” dengan suara yang bergetar, dan mata yang berembun. Alex menatap Aii heran dan menjawab “tantu saja sayang”. “tapi kamu mau ninggalin Aii…” air matanya tidak tertahan lagi, Aii menjatuhkan dompet yang dia pegang dan menunduk menutupi wajahnya yang basah dengan air mata. Alex turun dari motor dan memeluk Aii, “hei, hei ada apa ini?” bertanya-tanya. “Aii baca pesan kamu, kamu Cuma mainin Aii kamu gk cinta sama Aii” sambil menangis dia mencoba berbicara. Alex mulai berpikir dan mulai mengerti apa yang dimakud dari ucapan Aii. “untuk apa semua ini? Untuk apa Alex kenalin Aii sama keluarga kalo nantinya mau ninggalin Aii? Alex jangan nunggu lama lagi, sekarang aja.. jika lebih lama lagi, Aii akan semakin sakit” Aii mulai meronta dan melepaskan pelukan Alex. Kini Aii masuk kedalam rumahnya sambil berlari. “pulanglah… sampai mendapatkan jawaban untuk pertanyaanku jangan pernah menemuiku”.
Kemudian Alex tidak pernah ada kabar, dan Aii terus saja menunggu. Dalam penantiannya dia terus saja membaca pesan percakapan Alex dan kawannya yang berisi:
“hay lex, kamu benar berpacaran dengan Aii?” Tanya Donita wanita yang sempat dekat dengan Alex. Dia wanita yang kaya dan berbadan sexy. Kakinya sangat indah sehingga dy senang mengunakan celana pendek dan rok mini. Tapi sayang sekali, berkali-kali dia ikut casting berkali-kali pula di tolak. Kulit wajahnya yang merona merupakan kelebihannya, dan sayang Aii lebih dulu memikat hati Alex. Aii bukanlah gadis Kaya, hidupnya sederhana dan apa adanya. Wajahnya enak dipandang meskipun kadang 1 jerawat datang merusak pemandangan, pinggul Aii yang besar, membuat aii tidak cocok menggunakan rok mini atau celana ketat. Rambutnya pun tidak rapih dan hampir selalu diikat, dia hidup bersama kakak laki-lakinya yang memiliki profesi yang sama dengannya yaitu kuliah. Pesona, perilaku Aii yang perhatian terhadap siapapun membuat gadis yang satu ini banyak di sukai kawan-kawannya. Percakapan Alex selanjutnya adalah:
“ah, ngegosip aja kamu” jawab Alex. “tapi benerkan gossip aku?” kembali Donita melontarkan pertanyaan. “aku gk benar-benar cinta kali sama Aii, cuma iseng aja pacaran sama Aii” kalimat itulah yang dilontarkan oleh Alex untuk sebuah pertanyaan yang konyol. Beberapa minggu Aii menunggu dan hanya bisa meneteskan airmata jika membaca pesan tersebut, selanjutnya Aii mulai bosan dan membuka pikirannya “jika dia tidak mau mengakui aku sebagai pacarnya, seharusnya dia tidak perlu menjawabnya, tidak perlu mengatakan bahwa dia tidak mencintaiku! Setiap hari dia selalu mengatakan cinta dan sekarang karena gengsinya dia tidak mau mengakuinya” itulah yang kini ada di benak Aii. Hanya karna Aii dari keluarga yang sederhana, sehingga dia tidak mau mengakui gadis yang berparas manis itu. Disitulah titik terang majunya kehidupan seorang gadis yang sedang patah hati. Aii kembali membuka dirinya dan mendapatkan kembali pacar yang kaya.
“Sekarang entah sakit apa yang akan didapatkan ku lagi” pikir Aii yang tidak kapok memacari cowok kaya.
READ MORE - CERPEN : Berakhir Dimalam Itu

11 Apr 2012

CERPEN : Albino

Albino, pria albino yang berdiri di pojok busway itu memiliki paras yang familiar. Dia terlihat seperti Bule, dan sayangnya hanyalah pria dengan DNA albino. Tatapannya sangat menyebalkan, seperti dia tidak mau dipandang oleh ku. Aku sama sekali tidak merasa risih dengan pandangan itu, dan terus memandangnya. Pemikiran ini sebenarnya sangat sederhana, dialah yang risih. Aku berjalan menghampirinya “matamu belekan” kemudian tersenyum seakan-akan aku meledeknya. Dia memalingkan wajah dan membersihkan seputaran matanya. Kemudian kembali menatapku “ituh hidungmu banjir” hahaha, kami mulai akrab. Di situlah awalnya kami saling ngobrol. Kami saling menanyakan hal-hal yang umum satu sama lain, terkadang dia mulai bertanya, dan terkadang aku yang mulai bertanya.
Pembicaraan yang sederhana seperti arah tujuan, sekolah, tempat tinggal, dll yang kemudian membuat kami mulai bertukar number handphone. Meskipun hanya pembicaraan sederhana, tapi rasanya itu sangat menyenangkan. Menyenangkan mendapat teman baru dari perjalanan dengan busway. Lalu, ini adalah awal dari persahabatan kami sekitar 4tahun yang lalu kelas 2SMP.
Inti dari cerita ini, sebenarnya adalah akhir dari sebuah kehancuran persahabatan. 4 tahun kebersaman kami hancur karna satu kata yang di lontarkan Ramz, pria albino yang aku anggap sahabat. Malam itu kami terjebak di depan toko, berteduh karena hujan yang lumayan membuat kami menghentikan perjalanan. “ri, Ram cemburu sama cowo Riri, Ram cinta sama Riri”. Suatu problem yang universal yaitu masalah cinta!
Sudah ratusan kali dia berkata “cemburu terhadap pacarku” dan ratusan kali pun aku berganti pacar. Aku hanya menganggap kata itu hanya sebuah lelucon yang konyol. Sehingga setiap dia berkata “aku cemburu” maka saat itulah aku memutuskan untuk putus dengan mereka. Tapi kali ini berbeda, dia menambahkan kata “Cinta” aku di dalam kalimat unik yang dia lontarkan setiap ada kesempatan! Sebenarnya kata “Cinta” juga sudah ratusan kali dia katakan. Jawabanku, hanya menggatak kepalanya dan tertawa! Kali ini Yang berbeda adalah mimik wajahnya. Dia menangis dan menggenggam kedua lengganku. kami saling berhadapan.
Disana sangat gelap, karena sudah pukul 23.56. kami pulang dari art festival perpisahan/kelulusan SMA Kami. Well jawabannya aku hanya memeluk dan membisu tanpa ada satu kata pun yang bisa aku sampaikan! Sebenarnya aku bingung harus bagaimana. Lututku lemas seakan tak memiliki patella. Dia tak pernah menangis sebelumnya, menangisi pacarnya, mantannya pun tak pernah. Pernah suatu hari dia marah, dan sedih karna aku menangisi pria yang memutuskanku di kelas 2 SMA. Namun itu tidak membuatnya menangis.
Hujan meredah seakan kebingungan melihat tingkah kami yang dingin. Dia seolah ingin melepaskan pelukanku meminta kepastian, tapi aku mengeluarkan energy ku memeluknya lebih kencang. Seakan hanyut beberapa menit, aku mengingat semua yang pernah kita lalui 1minggu belakangan ini, tidak! 1 minggu tidak cukup, tapi 4 tahun kebersamaan kami ini, semuanya sangat indah seperti lagu “Andaikan kau datang kembai” dengan lirik “terlalu indah di lupakan” oleh tante Ruth…
Seperti yang aku ingat, saat kelulusan SMP yang seharusnya kuhabiskan 3hari bersama segerombolan kawanan SMP di puncak malah ku habiskan waktuku 3hari bersamanya di villa. Ehhem maksudku, bersamanya dan teman-temannya. Mereka juga kawanan yang lepas dari gerombolan, bahasa kasarnya bolos. Kami menginap di sebuah villa keluraga milik kawan sekelasnya, diawasi oleh ortu yang juga sedang berlibur. Disana kami melakukan aktivitas yang sangat melelahkan. Mulai dari memancing, kejar2an dengan sepedah, cebur2an di kali, dll.
Semua mengira kami adalah sepasang pasangan yang sedang berpacaran, lalu mereka akan berkata, “ah, kalian ini bikin kita iri saja”..
Aku ingat ketika itu tepatnya saat kelas 2 SMA, kami jalan2 mengelilingi kota dengan menaiki busway. Mencari angle yang pas untuk foto2. Gedung putih sebagai istana kerajaan kami, dan gedung konstitusi sebagai penjara bawah tanah. Rakyat pinggirannya adalah orang2 yang tinggal di kota. Begitulah kami merayakan hari Ultahku yang ke 16. Dengan meramaikan kota dengan sorak canda tawa kami.
Hari2 kami habiskan dikamarku, layaknya gadis seperkawanan yang sedang mencoba hal2 baru. Kami berbagi cerita, yang umum, rahasia, bahkan mengungkit masa kanak2 yang terkadang merupakan suatu kisah yang menggelikan. Dia berbagi orang tua, dan aku berbagi saudara. Karna kakak laki2lah satu2nya yang ku punya sekarang. Yang lainnya gone. Dan leave me alone, hingga aku bertemu dengan Ram si albino, dan keluarganya yang mencintaiku layaknya anak perempuan mereka.


“Tidak aka nada yang berubah dari kita Ri, hanya saja kamu tidak boleh pacaran dengan orang lain” kata-katanya mulai dewasa, apa aku yang kekana2an? Perlahan aku melepas pelukannya dan menatap Ram sahabatku, si pria albino ini yang kira2 30cm lebih tinggi dari ku. Tatapanku seolah sama seperti kita pertama bertemu di busway, tapi saat itu I wish him to be my friend, and now I expect him to be my boyfriend. So, for my first time, i pull his collar, and kissed his lips.

Hii.. this is my pict  (˘˘)
READ MORE - CERPEN : Albino