Get Money

 

26 Jun 2012

CERPEN : Catatan janji-janjimu

Terkadang aku ragu untuk tak bisa tanpamu,
namun ragamu seperti tak membutuhkanku lagi. 
Aku menyediakan sebuah buku yg bisa kau baca,
buku yg penuh terisi tentang bukti kebersaan kita.
Kemudian akan terkubur bersama kenangan tentang mu.
Aku menulisnya disaat aku bahagia bersamamu,
saat kita berbeda pendapat, berselisih, dan
disaat aku tak bisa lepaskan ragamu dari pelukku.
Dulu Aku selalu berdoa kepada Tuhan agar kau selalu disisiku. 
Kini aku merubah lantunan doaku kepada Tuhan untuk bisa iklas melepasmu. 
Kamu pernah berkata "aku akan baik-baik saja jika kamu tak meninggalkanku, begitupun aku ygkan selalu setia menjagamu, dan memeluk hangatnya tubuhmu selamanya" yg kamu ucapkan adalah dusta bagiku, kamu kini tak bisa menjagaku, karna kamu mengingkar janjimu untuk selalu disisiku.
Semua rasaku padamu berubah menjadi sebukit benci yg tak dapat kau obati. 
Karena begitu banyak ucapanmu yang tak kau tepati "kamu akan selalu bisa merasakan belaianku disaat kamu tertidur" ucapnya sambil mengelus2 rambutku untuk mengantar tidurku, suaranya yg lembut membuatku tersenyum manis. " benarkah? Apakah inikan selamanya?" Aku membuka pejaman mataku dengan prlahan sambil menatap penuh harapan. 
Anggukannya membuatku bermimpi indah saat malam itu. Kemudian aku tersadar bahwa harapan selamanya itu adalah palsu. 
Kamu begitu tega membiarkan aku berusaha hidup sendiri, tanpamu, yg begitu saja melenyapkan jiwa dengan kepergianmu. 
Kamu seperti tak memikirkan perasaanku, kurangkah cinta yg aku berikan padamu hingga kau pergi? Tak cukupkah semua yg aku berikan padamu hingga kau sia-siakan? 
Cintaku padamu membuat berbukit-bukit benci lenyap dengan bertetes2 tangisan yg keluar sejak kematian mu.
ya, karsinoma Hepatocellular membawa ragamu pergi meninggalkanku, penyakit hati ini membuatku tak lagi bisa merasakan hangatnya rangkulan cinta kasih mu. Lenyap bersama janji-janji yang tak kau tepati, ku tau satu janjimu yang tak pernah kau ingkari “aku akan mencintaimu sampai aku mati” ucapan dari bibirnya itu sambil memelukku dalam malam aku menjaganya di Intensive Care Unit (ICU). Lalu aku merasakan nafas yang terhenti dan aku tau bahwa itu adalah ucapan manis terakhir yang aku dengar.
Sungguh, suaranya dan janji terakhirnya tak akan aku lupakan.

READ MORE - CERPEN : Catatan janji-janjimu

21 Jun 2012

CERPEN : Berteman Lebih Baik


Aku menatap sahabatku dengan penuh seksama, dia bercerita dengan sangat antusiasnya “lihat, isi percakapan kita di message. Dia mengalihkan pembicaraan saat aku bertanya hubungannya dengan Erick, apa gossip tentang mereka pacaran itu benar ya?” sangat excited dia membicarakan tentang cinta pertamanya itu padaku. “kalo di ruang rapat osis mereka gak kelihatan dekat kok Harley Sparkler” aku menekankan notasi nadaku di bagian nama kemudian melengkapinya agar terdengar sempurna menggambarkan kekesalanku padanya. Aku menyukai pria ini, pria yang selalu menceritakan masalahnya dengan cinta pertamanya. Selama empat bulan kami berteman, dia telah 3x balikan dan 4x putus. Owh betapa panasnya hatiku setiap dia bercerita mengenai messagenya itu, everyday…
“ihh iia Gween, Gween Siller” sambil mencubit-cubit pinggangku “aww sakit, haha sakit” dengan menjambak rambut aku berharap dia melepaskan kedua cubitannya di pinggangku. Itulah cara kami bercanda. Kelasnya bersebelahan dengan ku, kami akan bertemu setiap istirahat di depan perpustakaan. Berbagi cerita, canda, tawa, duka, everythink… aku baru mengenalnya selama empat bulan ini namun jika sehari saja aku tak bertemu dengannya rasanya seperti berada disekolah yg angker, kosong tanpa jiwa yg hidup hanya ada bayangan Harley dimataku. Well, aku ingat pertama kali aku mengenalnya.
Di sekolah saat hari pertama kenaikan kelas 2 tepatnya di Sekolah Menengah Atas aku melihat siswa yang tampan. Selangkah demi selangkah aku mendekati bayangan pria itu, raganya masih tak dapat aku kenali. Wajahnya begitu asing dan dermawan, aku bahkan tertarik padanya hanya dengan sekali menatapnya. Dia berada disekeliling teman-temanku, berbincang seakan sangat akrab bukan seperti siswa baru yang canggung. “hei, ca’” aku menegur salah satu temanku dan ikut bergabung berbincang bersama. “murit baru ya?” tanyaku. “udah lama Gween dari semester 2 kelas 1” sahut temanku yang lainnya. Dan bla-bla-bla…


Setiap keluar kelas kami berpapasan di depan perpustakaan, berkumpul bersama teman-teman yang lainnya. Kemudian dia mulai terbuka mengenai first love, oww exgirl friend maksudku dan kami mulai terbuka mengenai masalah pribadi. Sebenarnya aku tak seharusnya benci pada ketua osis sii Victoria, ya cinta pertamanya adalah ketua ossis *she’s tough rival aku hanya seorang coordinator Agama Muslim di osis * kemudian karna kisah Victoria yang membawaku menjadi sedekat ini dengannya.
Aku merasa bahwa Harley juga suka padaku, melalui sikapnya yang begitu perhatian, terbuka, pelukannya, rangkulannya, pegangan tangannya membuatku lebih jatuh kedalam bagian hatinya yang gelap. Tak setitikpun cahaya yang menerangiku, cahaya itu sekejap menghilang setiap dia membicarakan Victoria.
Suatu saat dia dekat dengan Salsa siswa baru, wanita yang kebetulan sekelas denganku. Diselang waktunya tanpa Victory aku tak menyangka jika ini akan terjadi, isu-isu sekelas menyebar begitu cepat dan ternyata benar. Hanya sekedar dekat, namun aku bisa merasakan rasa “cemburu” itu. Aku tidak hanya diam, akupun mendekati Nicko teman sekelasku. Bahkan tidak hanya sekedar dekat aku bahkan menerimanya menjadi pacarku. Akupun bingung mengapa aku bisa menerima pria yang baru saja semalaman SMS(short Message Service)an denganku. Mungkin karna rasa dendam dan ego yang masih besar atau karna pertumbuhan yang menyebabkan aku menjadi ABABIL(ABG Labil).
Seminggu menjalani hubungan dengan Nicko, dan seminggu juga aku tak keluar kelas menemui Harley. Aku terkadang mengintipinya dari jendela kelas yang duduk seorang diri memainkan Handphone. Sebenarnya hanya untuk memastikan keadaannya saja, aku tidak bisa memungkiri bahwa aku merindukannya. Banyak teman-teman yang bertanya “hei, udah putus ya sama Harley” senang mendengar pertanyaan itu, tapi gossip itu membuat aku selalu terancam di rapat osis karna Vicktoria yang menatapku dengan tatapan yang sinis *memilukan*.
Biasanya aku dan dia akan bercanda mebuat kebisingan didepan perpustakaan, tapi kini hening, bahkan penjaga perpustakaan kini membuka pintunya lebar-lebar *karna bising pintunya sering ditutup*. Aku tak bisa menahan rasa rindu itu, aku menarik Nicko keluar dan bertemu dengan Harley. “hei, kemana aja sih? Gk kangen apa sama gw?” Harley menepuk lenganku, kemudian matanya terpusat pada tangan ku yang masih berpegangan tangan dengan Nicko. “assik deeh yang pacaran lupa sama kawan. Pantesan si Nicko ngeliatin gw sinis banget” sambung Harley menetralkan suasana yang entah itu suasana yang dingin atau panas. “hahaha enggalah.. gimana lo sama Salsa?” Tanya Nicko yang melepaskan kecanggungan kepada Harley. Nicko juga pernah sesekolahan menengah pertama dengan Harley namun tak satu kelas sehingga merekapun telah akrab sebelumnya, sebenarnya satu tim basket juga. Aaaaarrrghhhh.. mereka ternyata sangat dekat, itu membuat ku pusing.
Seminggu ini sikap Harley sangat aneh, entah apa yang ada didalam pikirannya. Dia lebih sering memelukku, dan merangkulku yang lebih tak terduga, dia mulai mengirim SMS padaku dengan sebuah pertanyaan yang simple “lagi apa?” tapi pesan singkat itu bisa membuatku loncat-loncat dikamar karna kegirangan. Tidak ada lagi cerita mengenai Victoria, aku merasa damai dengan situasi ini bersama Harley, penjaga perpustakaan kini meutup pintunya lagi. Namun Nicko? Ya aku memutuskan Nicko. Dia pria yang baik, setiap detik dia akan mengirim SMS dan menanyakan sesuatu yang bisa bernilai sangat menghawatirkanku. Sayang sekali, perhatiannya tidak menembus atmosfir cintaku pada Harley.
Setelah aku dan Nicko putus, hari-hari menjadi sangat aneh dan semuanya menjadi sangat membingungkan, selang beberapa pekan kemudian Nicko dan Salsa berpacaran, dan Harley sampai sekarang tidak menyatakan cinta padaku.
Lelah dan jenuh dengan semua ini, rasa dan pengharapanku kini memudar dengan senyuman iklas pada kedekatan kami yang bernilai hanya dekat bagi ku. Aku membuka hatiku lagi pada orang lain, dan dengan mudahnya aku mendapatkan pacar. Pria yang baik, perhatian, dan tulus mencintaiku. Dia bukan pria dari sekolah yang sama denganku, dia hanya teman dari pacarnya sahabatku.
Aku tak berani mengatakannya pada Harley, diselang itu waktu yang biasa ku berikan pada Harley kini kuberikan untuk Ramon pacar baruku. Harley kinipun jarang berada didepan perpustakaan, dia lebih sering berada didepan pintu kelas sambil memainkan handphonenya. Disiang itu, aku ingin menceritakannya pada Harley dengan hati yang was-was aku memberanikan diri menghampirinya. “hei, bengong aja nanti kesurupan hantu perpustakaan loh” sapaku sambil menghampiri dan duduk di sampingnya. Tidak sedekat seperti biasanya, dengan jarak sekitar satu meter dia membalas sapaanku “Gween, Harley ingin bersama Gween. Harley ingin menjadi pacar Gween, Harley cemburu jika ada pria lain yang dekat dengan Gween”. Tiba-tiba jantungku berhenti berdekat, nafasku terhenti berhembus, waktu terasa berhenti berputar, aku shok. Hatiku serasa ingin menangis, aku terharu dengan yang dikatakan Harley, disamping itu aku telah menyayangi Ramon.
Aku telah menunggu sepuluh bulan agar Harley menyatakan cintanya padaku, aku berusaha sedekat mungkin dengan Harley agar dia bisa melupakan Vicktoy. “ya Harley, Gween sayang Harley juga, Gween mau jadi pacar Harley” seketika aku tak bisa melepaskan pelukan yang deberikannya. Ramon tak mengetahui ini, aku menjadi linglung untuk membagi waktu dengan kedua pria yang aku sayangi. Sebenarnya rasaku kepada Harley tak sebesar sayangku kepada Ramon sehingga Ramonlah yang lebih banyak menghabiskan waktu denganku. Aku dan Harley tak sedekat dulu saat kami masih berteman, ini sangat sulit dimengerti jika aku memikirkannya dengan perasaan, tak senyaman ketika aku dan dia berteman dulu, semuanya menjadi canggung.
Dimalam itu…
 percayalah kasih
cinta tak harus memiliki
walau kau dengannya
namunku yakin hatimu untuku
song’s by Ecoutez.
Itu adalah nada dering handphone ku, pikirku itu pasti Ramon. Aku seketika terdiam dan perlahan memencet yes untuk mengangkat telephone yang ternyata tercatat disana adalah nama Harley. Entah angin apa yang membuat Harley menelphoneku, aku menyadari sikap kami yang canggung semenjak kami berpacaran. Hari itu hari kamis, lebih tepatnya tanggal 19 “hai, bagaimana kabarmu Gween?” sapa Harley yang terdengar lesuh “baik kok” singkat jawaban dari ku. “aku ingin kita putus, aku merasa hubungan kita ini gagal kamu emang lebih cocok menjadi sahabatku saja”. Aku tersenyum, aku legah dengan keputusannya yang diambil Harley, aku tidak bisa terus menerus hidup dengan keresahan memikirkan dua pria ini.
Waktu terus berlalu semenjak putusnya aku dan Harley. Aku menjalani liburan kenaikan kelas 3 dengan tenang dan masih menjalani relationship dengan Ramon. Hingga ketika liburan usai dan aku harus datang lagi menginjakkan kakiku di sekolah, tiga hari lebih cepat dari siswa lainnya karna aku harus mengikuti penerimaan siswa baru sebagai panitia yang diselenggarakan osis. penerimaan siswa baru, ospek itu berarti bertemu dengan Vicktoria ketua osis. Kabar yang tidak enak terdengar oleh kupingku “Gween tau gk, Harley kan jadian sama Salsa” ucap via teman sekelasku yang juga menjadi anggota osis. “hmmm? Bukannya salsa pacaran sama Nicko ya?” sambungku. “ih, udah putus tau, parah ya? Emang sih murid baru biasanya dapet yang bekas, abis dapet Nicko mantan kamu, eh dapet Harley mantan kamu juga”dengan blak-blakan Viapun tampak tidak senang, dan itu sangat terbaca dari nada bicaranya, tapi sebenarnya bukan hanya Via tapi Vicktoria sejak awal pun tak suka dengan kedekatan Harley dengan Salsa. Ternyata, dulu sebelum aku dan Nicko pacaran, Harley hanya sampai titik SMSan dengan Salsa karena Vicktoria menghalanginya.
Orientasi berlalu, aku dihadapkan dengan perasaan khawatir. Berat kakiku melangkah masuk kesekolah, menginjakkan kaki kedalam gerbang, karna setelah Harley memutuskan hubungan dengan ku saat libur kemarin aku dan dia tidak pernah lagi bertemu, dan mungkin sekaranglah waktunya. Kami masih berada didalam kelas kami yang dulu, masih kelas yang bersebelahan karna belum ada pembagian kelas. Aku berdiri didepan kelas, mengarahkan mataku kekelas sebelah yaitu kelas Harley. Ternyata diapun berdiri disana sambil menatapku, “hei, sinilah…” ajak Harley. Aku tersenyum dan mulai menghentakkan kakiku menuju kearahnya. Masih tersenyum “mmm?” aku dan Harley bahkan masih merasa canggung, aku melihat tampang bingung di wajah Harley dan akupun merasakan hal yang sama. “hahaha..” kemudian kami berpelukkan seakan tak ada orang satupun yang berada disekolah. “ehkemmmm” sapa guruku yang kebetulan sedang lewat, guruku bukan hanya menyapa, tapi mengacaukan party melepas rinduku pada Harley. “ooops” kami saling melepaskan pelukan dan merapihkan kemeja kami yang agak terlepas dari dalam celana dan rok kami. Kami memasuki kelas dengan sedikit mempercepat langkah kaki, kelasnya Harley, menghindar dari guru yang memergoki kami. Sesampainya dikelas, kami saling menertawai situasi yang bodoh tadi, seperti biasa Harley mencubit pinggangku dan aku menjambaknya.
“aku jadian dengan Salsa karna kesepian tanpamu. Kamu akhir-akhir ini jarang ada waktu untukku” ucap Harley yang mendinginkan suasana. Mimic wajahku yang masih tertawa kini berubah, diam dan sedikit senyuman agar aku bisa mencairkan suasana yang mulai beku karna dingin. “mmm terus?”jawabku dengan nada yang terdengar penasaran dan ingin tau. “aku jadian dengannya tanggal 18, saat itu…” bla-bla-bla. Harley terus bercerita, namun aku tak lagi bisa mendengar. Telingaku seakan tuli, jantungku berdetak sangat kencang dan sakit. Otakku bekerja sangat cepat memikirkan tanggal, membayangkan selisih angka dikalender. Bukankah tanggal 18 itu dia masih berpacaran dengan ku? Kemudian dia memutuskan ku pada tanggal 19? Itu adalah pikiran egoisku. Artinya adalah, dia memutuskanku bukan karna kesalahan yang aku buat, tapi karna ada wanita lain. Kemudian bagaimana tentang aku dan Ramon yang tidak dia ketahui? Maka saat itulah akupun menceritakannya, hanya keterbukaan diantara kita. Dan kini yang perlu dimengerti adalah hubungan kami yang tidak bisa lebih dari sahabat. Itu akan mengacawkan dan mencanggungkan hidupmu…
Play Song’s Ecoutez : Percayalah
Semoga dengan berakhirnya lagu ini aku bisa melupakan dan tidak mengharapkanmu lagi… Berteman lebih baik bukan???


READ MORE - CERPEN : Berteman Lebih Baik

19 Jun 2012

CERPEN : Mendengarkan untuk Mengenal

Tidak akan ada lagi air mata, senyuman didalam tangis, waktu yang terbuang karna lamunan, atau topi  untuk menutupi bengkaknya mata karena menangis semalaman. Sumuanya sudah berlalu karna hadirnya sesosok wanita dihidupnya. Bukan wanita yang cantik, tapi dia memancarkan sorot pandangan yang ceria, senyumnya membuatmu akan bahagia melihatnya, kemudian kamu akan membalas senyuman itu. Sarah, wanita ini datang bagai malaikat tak bersayap menyelamatkan seorang pria yang jatuh karna tersakiti oleh cinta. David tak pernah menduganya, wanita pendiam inilah yang meloloskannya dari kematian rasa. David hampir saja menyerah dalam menjalani hidup, pikirannya buntuh, didepannya terdapat jurang yang dalam kemudian dia hampir jatuh kedalamnya. Kini, sarah membangun sebuah jembatan dengan senyum cerianya disana.
Sarah, wanita yang tak pernah merasakan bagaimana memiliki sesosok pacar. Dia jarang berbicara jika berkumpul dengan teman-teman, dia hanya mendengarkan. Dia mendengar dengan menatap setiap orang yang berbicara, tatapannya carah dan bibirnya menunjukan bahwa dia senang mendengarkan. Karna terdapat senyuman kecil di bibirnya itu.
David pria yang patah hati, tiba-tiba diunjuk untuk berpasangan dengan Sarah dalam melakukan observasi di desa sekitar kabupaten lebak. Sebelumnya selama dan sampai semester 5 sekarang mereka belum pernah saling berbicara, hingga saat itu David datang menghampiri Sarah masih dengan menggunakan topi. Selain menutupi mata yang bengkak, dan tentu saja untuk menutup hatinya untuk wanita manapun.
“hai, kapan kita akan bergerak?” sapa David yang pasrah menjalani observasi dengan mahasiswa yang pendiam ini. Tapi sarah bukan mahasiswa yang bodoh, karna dia mendapatkan beasiswa sejak semester 3 karna IPKnya yang mencapai diatas rata-rata. Terkadang jika dia berbicara bahasanya sangat sulit dimengerti dan terbilang cukup berat. Hingga dia bosan dan malas untuk berbicara dengan orang yang tak mengerti bahasanya. “sesungguhnya kekuatan itu terletak pada prestasi kerja. Oleh karena itu, janganlah engkau tangguhkan pekerjaan hari ini hingga esok, karena pekerjaanmu akan menumpuk, sehingga kamu tidak tahu lagi mana yang harus dikerjakan, dan akhirnya semua terbengkalai” jawab Sarah yang kemudian tersenyum menatap David. Davit mengangguk “entar kamu message aku dinomor ini, katakan kapan kamu punya waktu untuk mendiskusikan observasi ini” sambil mengambil sebuah penah di dalam tasnya kemudian mencatat nomer handphone di notes Sarah yang tergeletak di atas  pangkuannya. Kumudian David bergegas meninggalkan Sarah, entah kemana perginya. Ketika sarah mengangkat kepala sedari menyalin nomer handphone David, dia lenyap seakan terbawa angin.
“aku selalu ada waktu, jika mau mendiskusikan sekarang aku tunggu didepan musolah selesai zuhur” massage itu mengejutkan David yang baru saja bergegas pulang menggunakan vespa GTS 300 super. Dia harus kembali lagi masuk dan memarkirkan motornya didalam kampus untuk menemui Sarah. “wanita freak, aneh, kenapa tadi dia tidak langsung saja mengatakannya kalau sekarang dia punya waktu? Kenapa SMS secepat itu? Bodoh!!!” gumam David diselang perjalanan memarkir motor.
Setelah sholat zuhur, David sudah nampak didepan musolah sambil duduk memainkan handphone. “hei, kamu gk sholat dulu?”sapa Sarah ramah. “dimana kita akan mendiskusikannya?” david memotong pembicaraan. “mmm bisa sambil makan siang di tempat yang ada WIFInya biar kita sekalian bisa mencari tau lokasi serta keadaan penduduk di sana tidak?” sarah terdengar excited dalam menjalankan observasi ini bersama David. David yang sedari tadi menunduk dan tidak menatap mata Sarah, kini pertama kalinya dia menatap sarah sambil mengangguk-angguk pelan dan membalas senyumannya.
Satu kemajuan untuk sarah membuat David tersenyum. Entah sudah berapa lama David tidak tersenyum, mungkin kurang lebih 4 bulan setelah tak sengaja mendengar ex girl friendnya berkata “David itu gampang ngeluarin duit buat aku, kemarin aja dia ngajak aku ke solo, pengeluarannya tuh hampir 3jt untukku, makanya nanti aja putusnya kalo dia sudah bangkrut karna aku” Faby bercerita di kantin kampus dengan notasi suara yang agak tinggi, wanita itu cukup ceroboh.
David dan Sarah sepakat untuk melakukan observasi di hari Kamis sepulang dari kampus. Sehingga mereka memiliki banyak waktu sampai minggu kembali pulang kejakarta. “ini akan menjadi perjalanan yang paling suntuk dalam hidupku, bertemu dengan wanita yang hanya bisa senyum kemudian kembali diam. Entah apa yang ada dipikiran wanita ini” gumam David didalam hati. Bagaimana David tidak berpikiran seperti itu? Sarah sama sekali diam membisu tanpa kata menatap layar terpaku. Hanya bola mata yang bergerak kesana kemari focus dengan apa yang akan dikerjakannya, dan jari tengahnya yang mendorong kesana kemari hexapad untuk menggerakkan pointer notebooknya. David berdiri dan ingin beranjak meninggalkan sarah, namun tangan kanan sarah tiba-tiba menarik selembar baju yang dikenakan David “hei, I got it” sambil menatap David dan kemudian tertawa kecil “lihat ini, rangkas jaya ibukota kabupaten lebak kita kesana dengan menggunakan kereta ekonomi dengan perjalanan 2jam dan tiket seharga Rp.2000. mereka memiliki 28 kecamatan, yang dibagi lagi atas 340 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung, yang berada dibagian utara wilayah kebupaten” David kembali duduk dan tersenyum menatap Sarah.
Sarah terus menerus membacakan apa yang ditemukannya didalam interconnected computer networks. Dan David tersenyum sambil menikmati secangkir kopi hangat. Entah apa yang dinikmati, kopi hangat disiang hari atau wajah Sarah yang memancarkan seribu kebahagiaan dari mata dan bibirnya kemudian seribu kebahagiaan itu kini akan dibagi untuk David. Kurasa itu cukup untuk menutup sakit yang dirasakan David setelah banyaknya uang yang telah diinvestasikan untuk Fabby sii cewek matre.
Hari yang ditunggu kini tiba, mereka terlihat begitu akrab hanya dengan sehari bersama ditempat diskusi. “hari ini kita akan mengarahkan segenap daya dan kemampuan yang ada dalam merealisasikan setiap pekerjaan yang baik” sarah membuka pembicaraan diperjalanan mereka menuju stasiun.
“hei kamu tau kisah angin? Udara yang bergerak diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya. Udara bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ketempat yang bertekanan rendah……” sepanjang perjalanan Sarah bercerita mengenai angin dan ketertarikannya terhadap angin. David hanya menatap Sarah dengan tatapan yang seakan jatuh kedalam hati Sarah. Wanita ini tiba-tiba menjadi pembicara yang sangat hebat, dia kini bisa dengan nyaman berbicara. Dia mendapatkan seseorang yang bisa mengerti setiap kalimat yang dituturkannya yaitu David. David juga menceritakan mengenai ketertarikannya kepada awan meskipun dia tidak dapat mendeskripsikan awan sebaik sarah mendeskripsikan angin.
Tiga hari menjalankan observasi, Sarah dan David merupakan pasangan observasi yang kompak. Mereka dapat menyelesaikan observasi mengenai desa sekitar kabupaten Lebak hanya dengan waktu yang cukup singkat. Mereka bekerjasama, saling mendengarkan dan saling memberi pendapat. Akhirnya ada satu hal yang dapat Davit mengerti, Sarah tak sependiam itu, dia hanya butuh teman yang mengerti dia, mendengarn kemudian bertukar pikiran dengannya dapat membuat David bisa mengenalnya. Sorot matanya, dan senyum kecilnya… Apa lagi yang kurang dari mereka?
Minggu, Jakarta. Diperjalanan David mengantar Sarah pulang kerumahnya “thank’s untuk tiga hari ini, aku harap kita akan selalu menjadi partner yang kompak, saling memberi rasa untuk berbagi suka, duka, pengetahuan dan apapun itu aku berharap kamu bisa disini bersamaku selama yang kita mampu” ucap David tanpa ragu sedikitpun. Sarah membisu selama beberapa menit, itu membuat David menunggu dengan perasaan yang was-was akan tanggapan Sarah. David sangat berharap bukan penolakan yang didapatkannya “aku tak ingin menjadi seperti Dewi Sanggalangit yang benyak memberikan persyaratan untuk pria yang ingin bersamanya, aku hanya ingin menjadi angin yang bisa berada diudara bersama awan” aku rasa itu bukan penolakan…
Yang mengikuti awan kemanapun dia pergi…

READ MORE - CERPEN : Mendengarkan untuk Mengenal

18 Jun 2012

CERPEN : Karma-karma mu


Menjalani Long Distance Relationship itu gak gampang, banyak cobaan dan godaannya, kedua kata itu it’s not different. Enam bulan pertama aku dan Evan baik-baik saja, jarak yang kami butuhkan untuk bertemu sekitar kurang lebih 60km, butuh perjuangan antara kami untuk saling bertemu dan membagi waktu. Sehingga seminggu sekali kami meluangkan waktu dan mengkosongkan kegiatan untuk bertemu. Keluarga kami keluarga yang cukup dekat, karna ibu dan ayahnya adalah teman satu sekolahan Ayahku  dulu dan kami sering bertemu ketika masih kecil. Berteman, bersahabat, setelah remaja memutuskan untuk berpacaran. Kisah yang cukup tragis. Sebenarnya bukan itu yang tragis, melainkan ketika 6bulan menjalani LDR dengan Evan ada seorang pria bodoh yang datang kepadaku, mendekat seakan-akan tanpa ada yang membatasi kami, batasan-batasan seperti hubungan cinta kami dari masing-masing pihak. Nathan, pria ini memiliki hubungan yg cukup jauh dengan Lucy. Wanita ini merupakan anak didik ibu Nathan. Tidak ada yang special antara kedua keluarga Nathan dan Lucy, tidak seperti keluarga aku dan Evan yang membuat kami santai menjalani hubungan kami. Tapi Ibu Nathan sepertinya telah mempercayai Lucy untuk menjadi bagian dari cerita Nathan. Sayang sekali, cerita itu hanya sebuah short story selama 3 tahun yang berakhir ketika dia bertemu denganku. Disinilah awal dari cerita kami…

Apa kamu pernah mendengar sebuah pepatah kehidupan yang berbunyi “Jangan meninggalkan orang yang kamu Cinta demi Orang yang kamu suka, karena nanti orang yang kamu suka akan meninggalkan kamu demi orang yang dia cinta”. Cukup rumit untuk di mengerti sebab dan akibat dari kasus pepatah itu, namun tanpa kamu sadari kamu akan mengalaminya.
“heii, kenapa lo? Kayak orang pengidap 5L tau gk?!!” sapaku pada Nathan di busway saat pulang dari tempat seminar. “gw bingung gimana caranya mau mutusin Lucy” jawabnya dengan nada dan notasi rendah. “apa?? Lo mau mutusin Lucy? Setelah lo pertahanin tiga tahun, lo mau mutusin Lucy?” aku menatapnya dengan dahi yang mengkerut, wajah yang nampak sangat penasaran akan alasan Nathan memutuskan Lucy. “kenapa??” aku mulai lagi bertanya, sambil mengubah posisi alis yang tadinya mengkerut ku angkat menjadi selengkung pelangi. Menandakan mimic yang penasaran menunggu jawaban. Aku menatap Nathan berharap dia memberikan jawaban secepatnya, namun berlama-lama kemudian dia tetap saja membisu. “lo taukan kalo gw orang yang bisa diajak ngobrol, lo mau mengatasi urusan seorang sendiri karna lo itu gentleman? Emang segampang itu ya buat lo mutusin hubungan yang udah lo pertahanin? Emang bukan beban ya?” aku mulai memalingkan wajahku, memandang langit-langit busway yang tak ada gambarnya, menengok kekanan dan meluruskan pandangan tanpa menatapnya yang duduk di samping kiri ku. “gw ngerasa udah gk cocok aja, gw butuh orang yang bisa nyemangatin gw untuk datang ke kampus setiap hari, dan..”
“Emmm.. gw udah ngerti kq, goodLuck ya buat mutusin Lucy”aku memotong pembicaraannya karna cepat sekali untuk ku mengerti sebuah kondisi antara hubungan asmara orang lain. Persetan apa yg ada didalam pikiran Nathan, yang pasti, untuk kasus Nathan, korbannya adalah Lucy. Aku gk akan bantu Nathan meskipun aku dan Lucy tidak terlalu akrab, karna  Lucy pernah membaca message yang aku kirim pada Nathan. Isinya sangat pendek “iia Nathanku” namun bisa membuat Nathan dan Lucy bertengkar cukup hebat. Kami bertemu beberapa kali di kantin samping kampus tempat kami nongkrong, teman-teman sekelas kami. Sayangnya Lucy gk sekelas dengan kami, ataupun sekampus, bahkan dia tidak akrab dengan teman-teman Nathan, dia hanya sering diajak berkumpul. Begitupun dengan Evan, teman-teman kampusku bahkan hampir semua akrab dengannya meskipun Evan datang tak sesering Lucy yang bisa datang kapan saja berkumpul dengan teman-teman dikampus.
“Emma..” ema adalah namaku, suara yg memanggilku tak asing dan takperlu aku menebaknya, karna aku tau itu Nathan. “kenapa than, bahagia banget lo hari ini?” membalas sapaan Nathan. “ada yang mau gw omongin, gw udah putus sama Lucy dan gw mau lo yang bisa nyemangatin gw untuk datang kekampus setiap hari”.
Orang bekerja karna uang, uang sudah cukup menarik untuk kebanyakan orang pada umumnya dan menjadi penyemangat untuk seseorang itu bekerja. Sekolah untuk menuntut ilmu, ilmu itu tidak cukup menarik bagi orang-orang yang labil seperti kita. Hasil yang kita peroleh dari belajar disekolah, eveknya lama yang mengakibatkan kejenuhan masa dini. Biasanya sekolah hanya sebagai formalitas remaja dimana jika kamu gk sekolah, dianggap tidak berbobot. Sehingga menyebabkan banyak siswa yang bolos sekolah yang terpenting bagi tipe pembolos, yaitu udah datang kesekolahan. Maka disekolah membutuhkan sesuatu yang menarik perhatian, agar kita terpacu untuk semangat datang dan belajar. Meskipun ngabsen doang, pelajaran pasti gk ada yang masuk, apalagi jika yang menarik itu adalah pacar karna yang diperhatikan bukanlah pelajaran, tapi pacar. Tapi setidaknya itulah yang bisa membuatmu tertarik datang dan belajar.
“apa yang kamu pikirkan selama lima menit ini membisu?” sambungnya menatap wajahku sambil menggenggam kedua tanganku. Kami sudah sering berpegangan tangan, jika Evan melihat mungkin dia akan marah, tapi aku punya alasan untuk itu. Yaitu “gk sengaja kok” alasan yang sangat bodoh. Well aku bisa pakai alasan lain “tadi tuh dijalan aku mau jatuh, dan ditolongin sama Nathan biar gk jatuh lagi Nathan megang tangan aku deh sayang.. gk apa-apa ya? Kan Nathan ngejagain aku” bla-bla-bla… setelah itu Evan akan manyun selama 3 hari.
“Evan?” I’m not confuse, but that’s all yg bisa aku katakan. “ya, aku mengerti aku bakalan nunggu kamu kok” kemudian Evan tersenyum, tanganku yang tidak kuat melihat ekspresi wajahnya dengan cepat menggeplak kepalanya “ayo kekelas” ajakku. Kulihat dia hanya mengkerutkan dahinya sambil mengusap-usap kepalanya.
Pada hari Rabu, sebenarnya aku ada kelas dikampus. Tapi, karna Evan akan datang kerumah maka aku mengkosongkan jadwal untuknya. “gw gk bisa masuk, sakit” itu isi message yang aku kirim pada Nathan. Aku dan Evan menghabiskan waktu dirumahku dengan ngobrol, membicarakan kondisi kampus, teman-teman namun satu yang aku lewatkan “ cerita ku dan Nathan”. Tiba-tiba teman-teman kampusku datang kerumah menghampiri ku, “Emma.. kamu sakit ya?” sapa Gabby teman sekelasku didepan pintu rumah. “mmm, kalian? Ayo masuk” rumahku menjadi ramai, langit yang tadinya cerah tiba-tiba ditutupi awan gelap menakutkan. Itu adalah langit didalam hatiku. “Ini pasti idenya Nathan” gumamku dalam hati. Aku menatap Nathan yang hanya menunduk sedari datang kerumahku, melihat keadaanku yang baik-baik saja pasti hatinya hujan, badai, bahkan berangin topan. Aku datang dari arah dapur untuk memberikan minuman kepada teman-temanku, namun tiba-tiba Nathan berdiri dan berkata “aku pulang ya, lagi ada urusan” sambil menatap jam kemudian memalingkan wajah kearah Evan. Detak jantungku berdetek sangat kencang seakan ada tsunami di otakku, isi otakku kacaw.
“iih Nathan, padahal dia yang ngajakin kesini” seru teman-temanku yang lainnya. Nathan tidak mempedulikan, dia terus bergerak menuju motornya dan bergegas pergi. Sama sekali tak ada keinginanku untuk mengejarnya, tapi aku tau isi hatinya. Yang ada dalam hatiku hanya rasa ibah terhadapnya, mungkin karma dari pepatah itu berlaku untuknya.
Keesokannya, Nathan tidak lagi duduk disampingku. Dia mendapatkan incaran baru “Mia” dia bukan dari group kami, dalam sekelas ada beberapa group meskipun seluruh mahasiswa itu universal, independent, tetap saja kami terbagi menjadi beberapa group. Hari-hari berlalu, Nathan jarang jalgi bergabung dengan kami, dikantin, dan dimana-mana sosok Nathan tak lagi ada. Dia lebih mementingkan prioritas group Mia yang sekarang menjadi pacarnya. Pertentangan antara Nathan dan teman-teman pun mulai besar.
“huhh kenapa sih si Nathan itu? Udah gk pernah lagi gabung sama kita” salah satu temanku membuka pembahasan tentangnya. “Miang lah si Mia itu, tau miang gk? GE..NIT” ucap gabby dengan menggunakan bahasa melayunya. “hahaha, sii Nathan tuh mau aja dijadiin kacung sama Mia” sambung yang lainnya. Pembahasan mengenai Nathan itu berlangsung lama, Nathan menjadi trending topic pertama dikelompok kami setiap kali berkumpul. Selanjutnya aku, Nathan dan Evan “elu sih Emma, bukannya dipacarin aja si Nathan biar dia gk kemana-mana” seru salahsatu tamenku. “evan???” sambil membuka botol minuman dan meneguknya dengan cepat. Satu kata nama itu yang membuat mereka kemudian mengganti topic. “lagian pada sok mutusin Lucy sih” sambungku setelah meneguk minuman. “gk apa-apalah, kita juga gk welcomekan sama lucy” aku diam lagi. Tak ada yang menarik dari pembicaraan tentang Nathan, aku tidak terlalu merespondnya. Aku hanya diam dan menyaksikan mereka sibuk mengurusi urusan orang lain.
Semester 2, Nathan masih saja menjadi kacung di groupnya Mia. Namun, teman-teman tidak lagi respect pada Nathan. Nathan tak lagi menjadi trending topic. Yang menjadi tranding topic adalah Mia yang tak lagi sekelas dengan kita. “gw yakin, bentar lagi Nathan bakalan putus sama Mia” kini aku yang memulai membahas. Teman-teman hanya menatapku heran dan tidak menanggapinya. Kurang dari 2 minggu, Nathan duduk lagi disampingku. “hei, welcome..” sapa ku padanya. Dia hanya tersenyum padaku, kemudian group kami mulai ricuh dengan kedatanyannya kembali. Benar kataku, dia dan Mia hanya sebatas short story yang sangat singkat, mungkin bisa dibilang Memo, atau note. What ever…
Nathan kini kembali pada ku, menjemput dan mengantarku pulang dari kampus. Mengajakku jalan, dan menerima ku yang masih bersama Evan. Hanya sebatas teman bercerita, tidak dilebih-lebihkan atau menguranginya. “song’s: Dewa 19 Risalah Hati, itu lagu yang cocok untuk mu dari ku. Kemudian Nikita Willy penantian panjang” ucap Nathan dengan begitu lantang. Ini mengalir begitu saja, aku tak akan meninggalkan Evan hanya untuk Nathan, aku biarkan ini menjadi sisipan cerita didalam cerita panjangku dengan Evan. Sebuah kisah karma yang tragis untuk Nathan.jika itu lagu untukku, mungkin ini adalah lagu yang pantas untukmu…

What goes around comes around
What goes up must come down
Now who's cryin', desirin' to come back to me
What goes around comes around
What goes up must come down
Now who's cryin, desirin', to come back
Song’s : Alicia Keys “Karma”

bila umurku panjang kelak ku kan datang kubuktikan 
saat kubalas dan kau jelang, jangan menangis sayang
kuingin kau rasakan, pahitnya semua sia-sia
memang kau pantas dapatkan..
song’s : Coklat “karma”

READ MORE - CERPEN : Karma-karma mu