Apa kamu pernah mendengar sebuah
pepatah kehidupan yang berbunyi “Jangan meninggalkan orang yang kamu Cinta demi
Orang yang kamu suka, karena nanti orang yang kamu suka akan meninggalkan kamu
demi orang yang dia cinta”. Cukup rumit untuk di mengerti sebab dan akibat dari
kasus pepatah itu, namun tanpa kamu sadari kamu akan mengalaminya.
“heii, kenapa lo? Kayak orang
pengidap 5L tau gk?!!” sapaku pada Nathan di busway saat pulang dari tempat seminar.
“gw bingung gimana caranya mau mutusin Lucy” jawabnya dengan nada dan notasi
rendah. “apa?? Lo mau mutusin Lucy? Setelah lo pertahanin tiga tahun, lo mau
mutusin Lucy?” aku menatapnya dengan dahi yang mengkerut, wajah yang nampak
sangat penasaran akan alasan Nathan memutuskan Lucy. “kenapa??” aku mulai lagi
bertanya, sambil mengubah posisi alis yang tadinya mengkerut ku angkat menjadi
selengkung pelangi. Menandakan mimic yang penasaran menunggu jawaban. Aku
menatap Nathan berharap dia memberikan jawaban secepatnya, namun berlama-lama
kemudian dia tetap saja membisu. “lo taukan kalo gw orang yang bisa diajak
ngobrol, lo mau mengatasi urusan seorang sendiri karna lo itu gentleman? Emang
segampang itu ya buat lo mutusin hubungan yang udah lo pertahanin? Emang bukan
beban ya?” aku mulai memalingkan wajahku, memandang langit-langit busway yang
tak ada gambarnya, menengok kekanan dan meluruskan pandangan tanpa menatapnya
yang duduk di samping kiri ku. “gw ngerasa udah gk cocok aja, gw butuh orang
yang bisa nyemangatin gw untuk datang ke kampus setiap hari, dan..”
“Emmm.. gw udah ngerti kq,
goodLuck ya buat mutusin Lucy”aku memotong pembicaraannya karna cepat sekali
untuk ku mengerti sebuah kondisi antara hubungan asmara orang lain. Persetan
apa yg ada didalam pikiran Nathan, yang pasti, untuk kasus Nathan, korbannya
adalah Lucy. Aku gk akan bantu Nathan meskipun aku dan Lucy tidak terlalu
akrab, karna Lucy pernah membaca message yang aku kirim pada Nathan.
Isinya sangat pendek “iia Nathanku” namun bisa membuat Nathan dan Lucy
bertengkar cukup hebat. Kami bertemu beberapa kali di kantin samping kampus
tempat kami nongkrong, teman-teman sekelas kami. Sayangnya Lucy gk sekelas
dengan kami, ataupun sekampus, bahkan dia tidak akrab dengan teman-teman
Nathan, dia hanya sering diajak berkumpul. Begitupun dengan Evan, teman-teman
kampusku bahkan hampir semua akrab dengannya meskipun Evan datang tak sesering
Lucy yang bisa datang kapan saja berkumpul dengan teman-teman dikampus.
“Emma..” ema adalah namaku,
suara yg memanggilku tak asing dan takperlu aku menebaknya, karna aku tau itu
Nathan. “kenapa than, bahagia banget lo hari ini?” membalas sapaan Nathan. “ada
yang mau gw omongin, gw udah putus sama Lucy dan gw mau lo yang bisa
nyemangatin gw untuk datang kekampus setiap hari”.
Orang bekerja karna uang, uang
sudah cukup menarik untuk kebanyakan orang pada umumnya dan menjadi penyemangat
untuk seseorang itu bekerja. Sekolah untuk menuntut ilmu, ilmu itu tidak cukup
menarik bagi orang-orang yang labil seperti kita. Hasil yang kita peroleh dari
belajar disekolah, eveknya lama yang mengakibatkan kejenuhan masa dini.
Biasanya sekolah hanya sebagai formalitas remaja dimana jika kamu gk sekolah,
dianggap tidak berbobot. Sehingga menyebabkan banyak siswa yang bolos sekolah
yang terpenting bagi tipe pembolos, yaitu udah datang kesekolahan. Maka
disekolah membutuhkan sesuatu yang menarik perhatian, agar kita terpacu untuk
semangat datang dan belajar. Meskipun ngabsen doang, pelajaran pasti gk ada
yang masuk, apalagi jika yang menarik itu adalah pacar karna yang diperhatikan
bukanlah pelajaran, tapi pacar. Tapi setidaknya itulah yang bisa membuatmu
tertarik datang dan belajar.
“apa yang kamu pikirkan selama
lima menit ini membisu?” sambungnya menatap wajahku sambil menggenggam kedua tanganku.
Kami sudah sering berpegangan tangan, jika Evan melihat mungkin dia akan marah,
tapi aku punya alasan untuk itu. Yaitu “gk sengaja kok” alasan yang sangat
bodoh. Well aku bisa pakai alasan lain “tadi tuh dijalan aku mau jatuh, dan
ditolongin sama Nathan biar gk jatuh lagi Nathan megang tangan aku deh sayang..
gk apa-apa ya? Kan Nathan ngejagain aku” bla-bla-bla… setelah itu Evan akan
manyun selama 3 hari.
“Evan?” I’m not confuse, but
that’s all yg bisa aku katakan. “ya, aku mengerti aku bakalan nunggu kamu kok”
kemudian Evan tersenyum, tanganku yang tidak kuat melihat ekspresi wajahnya
dengan cepat menggeplak kepalanya “ayo kekelas” ajakku. Kulihat dia hanya
mengkerutkan dahinya sambil mengusap-usap kepalanya.
Pada hari Rabu, sebenarnya aku
ada kelas dikampus. Tapi, karna Evan akan datang kerumah maka aku mengkosongkan
jadwal untuknya. “gw gk bisa masuk, sakit” itu isi message yang aku kirim pada
Nathan. Aku dan Evan menghabiskan waktu dirumahku dengan ngobrol, membicarakan
kondisi kampus, teman-teman namun satu yang aku lewatkan “ cerita ku dan
Nathan”. Tiba-tiba teman-teman kampusku datang kerumah menghampiri ku, “Emma..
kamu sakit ya?” sapa Gabby teman sekelasku didepan pintu rumah. “mmm, kalian?
Ayo masuk” rumahku menjadi ramai, langit yang tadinya cerah tiba-tiba ditutupi
awan gelap menakutkan. Itu adalah langit didalam hatiku. “Ini pasti idenya
Nathan” gumamku dalam hati.
Aku menatap Nathan yang hanya menunduk sedari datang kerumahku, melihat
keadaanku yang baik-baik saja pasti hatinya hujan, badai, bahkan berangin
topan. Aku datang dari arah dapur untuk memberikan minuman kepada
teman-temanku, namun tiba-tiba Nathan berdiri dan berkata “aku pulang ya, lagi
ada urusan” sambil menatap jam kemudian memalingkan wajah kearah Evan. Detak
jantungku berdetek sangat kencang seakan ada tsunami di otakku, isi otakku
kacaw.
“iih Nathan, padahal dia yang
ngajakin kesini” seru teman-temanku yang lainnya. Nathan tidak mempedulikan,
dia terus bergerak menuju motornya dan bergegas pergi. Sama sekali tak ada
keinginanku untuk mengejarnya, tapi aku tau isi hatinya. Yang ada dalam hatiku
hanya rasa ibah terhadapnya, mungkin karma dari pepatah itu berlaku untuknya.
Keesokannya, Nathan tidak lagi
duduk disampingku. Dia mendapatkan incaran baru “Mia” dia bukan dari group
kami, dalam sekelas ada beberapa group meskipun seluruh mahasiswa itu
universal, independent, tetap saja kami terbagi menjadi beberapa group.
Hari-hari berlalu, Nathan jarang jalgi bergabung dengan kami, dikantin, dan
dimana-mana sosok Nathan tak lagi ada. Dia lebih mementingkan prioritas group
Mia yang sekarang menjadi pacarnya. Pertentangan antara Nathan dan teman-teman
pun mulai besar.
“huhh kenapa sih si Nathan itu?
Udah gk pernah lagi gabung sama kita” salah satu temanku membuka pembahasan
tentangnya. “Miang lah si Mia itu, tau miang gk? GE..NIT” ucap gabby dengan
menggunakan bahasa melayunya. “hahaha, sii Nathan tuh mau aja dijadiin kacung
sama Mia” sambung yang lainnya. Pembahasan mengenai Nathan itu berlangsung
lama, Nathan menjadi trending topic pertama dikelompok kami setiap kali
berkumpul. Selanjutnya aku, Nathan dan Evan “elu sih Emma, bukannya dipacarin
aja si Nathan biar dia gk kemana-mana” seru salahsatu tamenku. “evan???” sambil
membuka botol minuman dan meneguknya dengan cepat. Satu kata nama itu yang
membuat mereka kemudian mengganti topic. “lagian pada sok mutusin Lucy sih”
sambungku setelah meneguk minuman. “gk apa-apalah, kita juga gk welcomekan sama
lucy” aku diam lagi. Tak ada yang menarik dari pembicaraan tentang Nathan, aku
tidak terlalu merespondnya. Aku hanya diam dan menyaksikan mereka sibuk
mengurusi urusan orang lain.
Semester 2, Nathan masih saja
menjadi kacung di groupnya Mia. Namun, teman-teman tidak lagi respect pada
Nathan. Nathan tak lagi menjadi trending topic. Yang menjadi tranding topic
adalah Mia yang tak lagi sekelas dengan kita. “gw yakin, bentar lagi Nathan
bakalan putus sama Mia” kini aku yang memulai membahas. Teman-teman hanya
menatapku heran dan tidak menanggapinya. Kurang dari 2 minggu, Nathan duduk
lagi disampingku. “hei, welcome..” sapa ku padanya. Dia hanya tersenyum padaku,
kemudian group kami mulai ricuh dengan kedatanyannya kembali. Benar kataku, dia
dan Mia hanya sebatas short story yang sangat singkat, mungkin bisa dibilang
Memo, atau note. What ever…
Nathan kini kembali pada ku,
menjemput dan mengantarku pulang dari kampus. Mengajakku jalan, dan menerima ku
yang masih bersama Evan. Hanya sebatas teman bercerita, tidak dilebih-lebihkan
atau menguranginya. “song’s: Dewa 19 Risalah
Hati, itu lagu yang cocok untuk mu dari ku. Kemudian Nikita Willy penantian panjang” ucap Nathan
dengan begitu lantang. Ini mengalir begitu saja, aku tak akan meninggalkan Evan
hanya untuk Nathan, aku biarkan ini menjadi sisipan cerita didalam cerita
panjangku dengan Evan. Sebuah kisah karma yang tragis untuk Nathan.jika itu
lagu untukku, mungkin ini adalah lagu yang pantas untukmu…
What goes around comes around
What goes up must come down
Now who's cryin', desirin' to come back to me
What goes around comes around
What goes up must come down
Now who's cryin, desirin', to come back
Song’s : Alicia Keys “Karma”
bila umurku panjang
kelak ku kan datang kubuktikan
saat kubalas dan kau jelang,
jangan menangis sayang
kuingin kau rasakan,
pahitnya semua sia-sia
memang kau pantas dapatkan..
song’s : Coklat “karma”