Get Money

 

18 Jun 2012

CERPEN : Karma-karma mu


Menjalani Long Distance Relationship itu gak gampang, banyak cobaan dan godaannya, kedua kata itu it’s not different. Enam bulan pertama aku dan Evan baik-baik saja, jarak yang kami butuhkan untuk bertemu sekitar kurang lebih 60km, butuh perjuangan antara kami untuk saling bertemu dan membagi waktu. Sehingga seminggu sekali kami meluangkan waktu dan mengkosongkan kegiatan untuk bertemu. Keluarga kami keluarga yang cukup dekat, karna ibu dan ayahnya adalah teman satu sekolahan Ayahku  dulu dan kami sering bertemu ketika masih kecil. Berteman, bersahabat, setelah remaja memutuskan untuk berpacaran. Kisah yang cukup tragis. Sebenarnya bukan itu yang tragis, melainkan ketika 6bulan menjalani LDR dengan Evan ada seorang pria bodoh yang datang kepadaku, mendekat seakan-akan tanpa ada yang membatasi kami, batasan-batasan seperti hubungan cinta kami dari masing-masing pihak. Nathan, pria ini memiliki hubungan yg cukup jauh dengan Lucy. Wanita ini merupakan anak didik ibu Nathan. Tidak ada yang special antara kedua keluarga Nathan dan Lucy, tidak seperti keluarga aku dan Evan yang membuat kami santai menjalani hubungan kami. Tapi Ibu Nathan sepertinya telah mempercayai Lucy untuk menjadi bagian dari cerita Nathan. Sayang sekali, cerita itu hanya sebuah short story selama 3 tahun yang berakhir ketika dia bertemu denganku. Disinilah awal dari cerita kami…

Apa kamu pernah mendengar sebuah pepatah kehidupan yang berbunyi “Jangan meninggalkan orang yang kamu Cinta demi Orang yang kamu suka, karena nanti orang yang kamu suka akan meninggalkan kamu demi orang yang dia cinta”. Cukup rumit untuk di mengerti sebab dan akibat dari kasus pepatah itu, namun tanpa kamu sadari kamu akan mengalaminya.
“heii, kenapa lo? Kayak orang pengidap 5L tau gk?!!” sapaku pada Nathan di busway saat pulang dari tempat seminar. “gw bingung gimana caranya mau mutusin Lucy” jawabnya dengan nada dan notasi rendah. “apa?? Lo mau mutusin Lucy? Setelah lo pertahanin tiga tahun, lo mau mutusin Lucy?” aku menatapnya dengan dahi yang mengkerut, wajah yang nampak sangat penasaran akan alasan Nathan memutuskan Lucy. “kenapa??” aku mulai lagi bertanya, sambil mengubah posisi alis yang tadinya mengkerut ku angkat menjadi selengkung pelangi. Menandakan mimic yang penasaran menunggu jawaban. Aku menatap Nathan berharap dia memberikan jawaban secepatnya, namun berlama-lama kemudian dia tetap saja membisu. “lo taukan kalo gw orang yang bisa diajak ngobrol, lo mau mengatasi urusan seorang sendiri karna lo itu gentleman? Emang segampang itu ya buat lo mutusin hubungan yang udah lo pertahanin? Emang bukan beban ya?” aku mulai memalingkan wajahku, memandang langit-langit busway yang tak ada gambarnya, menengok kekanan dan meluruskan pandangan tanpa menatapnya yang duduk di samping kiri ku. “gw ngerasa udah gk cocok aja, gw butuh orang yang bisa nyemangatin gw untuk datang ke kampus setiap hari, dan..”
“Emmm.. gw udah ngerti kq, goodLuck ya buat mutusin Lucy”aku memotong pembicaraannya karna cepat sekali untuk ku mengerti sebuah kondisi antara hubungan asmara orang lain. Persetan apa yg ada didalam pikiran Nathan, yang pasti, untuk kasus Nathan, korbannya adalah Lucy. Aku gk akan bantu Nathan meskipun aku dan Lucy tidak terlalu akrab, karna  Lucy pernah membaca message yang aku kirim pada Nathan. Isinya sangat pendek “iia Nathanku” namun bisa membuat Nathan dan Lucy bertengkar cukup hebat. Kami bertemu beberapa kali di kantin samping kampus tempat kami nongkrong, teman-teman sekelas kami. Sayangnya Lucy gk sekelas dengan kami, ataupun sekampus, bahkan dia tidak akrab dengan teman-teman Nathan, dia hanya sering diajak berkumpul. Begitupun dengan Evan, teman-teman kampusku bahkan hampir semua akrab dengannya meskipun Evan datang tak sesering Lucy yang bisa datang kapan saja berkumpul dengan teman-teman dikampus.
“Emma..” ema adalah namaku, suara yg memanggilku tak asing dan takperlu aku menebaknya, karna aku tau itu Nathan. “kenapa than, bahagia banget lo hari ini?” membalas sapaan Nathan. “ada yang mau gw omongin, gw udah putus sama Lucy dan gw mau lo yang bisa nyemangatin gw untuk datang kekampus setiap hari”.
Orang bekerja karna uang, uang sudah cukup menarik untuk kebanyakan orang pada umumnya dan menjadi penyemangat untuk seseorang itu bekerja. Sekolah untuk menuntut ilmu, ilmu itu tidak cukup menarik bagi orang-orang yang labil seperti kita. Hasil yang kita peroleh dari belajar disekolah, eveknya lama yang mengakibatkan kejenuhan masa dini. Biasanya sekolah hanya sebagai formalitas remaja dimana jika kamu gk sekolah, dianggap tidak berbobot. Sehingga menyebabkan banyak siswa yang bolos sekolah yang terpenting bagi tipe pembolos, yaitu udah datang kesekolahan. Maka disekolah membutuhkan sesuatu yang menarik perhatian, agar kita terpacu untuk semangat datang dan belajar. Meskipun ngabsen doang, pelajaran pasti gk ada yang masuk, apalagi jika yang menarik itu adalah pacar karna yang diperhatikan bukanlah pelajaran, tapi pacar. Tapi setidaknya itulah yang bisa membuatmu tertarik datang dan belajar.
“apa yang kamu pikirkan selama lima menit ini membisu?” sambungnya menatap wajahku sambil menggenggam kedua tanganku. Kami sudah sering berpegangan tangan, jika Evan melihat mungkin dia akan marah, tapi aku punya alasan untuk itu. Yaitu “gk sengaja kok” alasan yang sangat bodoh. Well aku bisa pakai alasan lain “tadi tuh dijalan aku mau jatuh, dan ditolongin sama Nathan biar gk jatuh lagi Nathan megang tangan aku deh sayang.. gk apa-apa ya? Kan Nathan ngejagain aku” bla-bla-bla… setelah itu Evan akan manyun selama 3 hari.
“Evan?” I’m not confuse, but that’s all yg bisa aku katakan. “ya, aku mengerti aku bakalan nunggu kamu kok” kemudian Evan tersenyum, tanganku yang tidak kuat melihat ekspresi wajahnya dengan cepat menggeplak kepalanya “ayo kekelas” ajakku. Kulihat dia hanya mengkerutkan dahinya sambil mengusap-usap kepalanya.
Pada hari Rabu, sebenarnya aku ada kelas dikampus. Tapi, karna Evan akan datang kerumah maka aku mengkosongkan jadwal untuknya. “gw gk bisa masuk, sakit” itu isi message yang aku kirim pada Nathan. Aku dan Evan menghabiskan waktu dirumahku dengan ngobrol, membicarakan kondisi kampus, teman-teman namun satu yang aku lewatkan “ cerita ku dan Nathan”. Tiba-tiba teman-teman kampusku datang kerumah menghampiri ku, “Emma.. kamu sakit ya?” sapa Gabby teman sekelasku didepan pintu rumah. “mmm, kalian? Ayo masuk” rumahku menjadi ramai, langit yang tadinya cerah tiba-tiba ditutupi awan gelap menakutkan. Itu adalah langit didalam hatiku. “Ini pasti idenya Nathan” gumamku dalam hati. Aku menatap Nathan yang hanya menunduk sedari datang kerumahku, melihat keadaanku yang baik-baik saja pasti hatinya hujan, badai, bahkan berangin topan. Aku datang dari arah dapur untuk memberikan minuman kepada teman-temanku, namun tiba-tiba Nathan berdiri dan berkata “aku pulang ya, lagi ada urusan” sambil menatap jam kemudian memalingkan wajah kearah Evan. Detak jantungku berdetek sangat kencang seakan ada tsunami di otakku, isi otakku kacaw.
“iih Nathan, padahal dia yang ngajakin kesini” seru teman-temanku yang lainnya. Nathan tidak mempedulikan, dia terus bergerak menuju motornya dan bergegas pergi. Sama sekali tak ada keinginanku untuk mengejarnya, tapi aku tau isi hatinya. Yang ada dalam hatiku hanya rasa ibah terhadapnya, mungkin karma dari pepatah itu berlaku untuknya.
Keesokannya, Nathan tidak lagi duduk disampingku. Dia mendapatkan incaran baru “Mia” dia bukan dari group kami, dalam sekelas ada beberapa group meskipun seluruh mahasiswa itu universal, independent, tetap saja kami terbagi menjadi beberapa group. Hari-hari berlalu, Nathan jarang jalgi bergabung dengan kami, dikantin, dan dimana-mana sosok Nathan tak lagi ada. Dia lebih mementingkan prioritas group Mia yang sekarang menjadi pacarnya. Pertentangan antara Nathan dan teman-teman pun mulai besar.
“huhh kenapa sih si Nathan itu? Udah gk pernah lagi gabung sama kita” salah satu temanku membuka pembahasan tentangnya. “Miang lah si Mia itu, tau miang gk? GE..NIT” ucap gabby dengan menggunakan bahasa melayunya. “hahaha, sii Nathan tuh mau aja dijadiin kacung sama Mia” sambung yang lainnya. Pembahasan mengenai Nathan itu berlangsung lama, Nathan menjadi trending topic pertama dikelompok kami setiap kali berkumpul. Selanjutnya aku, Nathan dan Evan “elu sih Emma, bukannya dipacarin aja si Nathan biar dia gk kemana-mana” seru salahsatu tamenku. “evan???” sambil membuka botol minuman dan meneguknya dengan cepat. Satu kata nama itu yang membuat mereka kemudian mengganti topic. “lagian pada sok mutusin Lucy sih” sambungku setelah meneguk minuman. “gk apa-apalah, kita juga gk welcomekan sama lucy” aku diam lagi. Tak ada yang menarik dari pembicaraan tentang Nathan, aku tidak terlalu merespondnya. Aku hanya diam dan menyaksikan mereka sibuk mengurusi urusan orang lain.
Semester 2, Nathan masih saja menjadi kacung di groupnya Mia. Namun, teman-teman tidak lagi respect pada Nathan. Nathan tak lagi menjadi trending topic. Yang menjadi tranding topic adalah Mia yang tak lagi sekelas dengan kita. “gw yakin, bentar lagi Nathan bakalan putus sama Mia” kini aku yang memulai membahas. Teman-teman hanya menatapku heran dan tidak menanggapinya. Kurang dari 2 minggu, Nathan duduk lagi disampingku. “hei, welcome..” sapa ku padanya. Dia hanya tersenyum padaku, kemudian group kami mulai ricuh dengan kedatanyannya kembali. Benar kataku, dia dan Mia hanya sebatas short story yang sangat singkat, mungkin bisa dibilang Memo, atau note. What ever…
Nathan kini kembali pada ku, menjemput dan mengantarku pulang dari kampus. Mengajakku jalan, dan menerima ku yang masih bersama Evan. Hanya sebatas teman bercerita, tidak dilebih-lebihkan atau menguranginya. “song’s: Dewa 19 Risalah Hati, itu lagu yang cocok untuk mu dari ku. Kemudian Nikita Willy penantian panjang” ucap Nathan dengan begitu lantang. Ini mengalir begitu saja, aku tak akan meninggalkan Evan hanya untuk Nathan, aku biarkan ini menjadi sisipan cerita didalam cerita panjangku dengan Evan. Sebuah kisah karma yang tragis untuk Nathan.jika itu lagu untukku, mungkin ini adalah lagu yang pantas untukmu…

What goes around comes around
What goes up must come down
Now who's cryin', desirin' to come back to me
What goes around comes around
What goes up must come down
Now who's cryin, desirin', to come back
Song’s : Alicia Keys “Karma”

bila umurku panjang kelak ku kan datang kubuktikan 
saat kubalas dan kau jelang, jangan menangis sayang
kuingin kau rasakan, pahitnya semua sia-sia
memang kau pantas dapatkan..
song’s : Coklat “karma”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar