Get Money

 

21 Jun 2012

CERPEN : Berteman Lebih Baik


Aku menatap sahabatku dengan penuh seksama, dia bercerita dengan sangat antusiasnya “lihat, isi percakapan kita di message. Dia mengalihkan pembicaraan saat aku bertanya hubungannya dengan Erick, apa gossip tentang mereka pacaran itu benar ya?” sangat excited dia membicarakan tentang cinta pertamanya itu padaku. “kalo di ruang rapat osis mereka gak kelihatan dekat kok Harley Sparkler” aku menekankan notasi nadaku di bagian nama kemudian melengkapinya agar terdengar sempurna menggambarkan kekesalanku padanya. Aku menyukai pria ini, pria yang selalu menceritakan masalahnya dengan cinta pertamanya. Selama empat bulan kami berteman, dia telah 3x balikan dan 4x putus. Owh betapa panasnya hatiku setiap dia bercerita mengenai messagenya itu, everyday…
“ihh iia Gween, Gween Siller” sambil mencubit-cubit pinggangku “aww sakit, haha sakit” dengan menjambak rambut aku berharap dia melepaskan kedua cubitannya di pinggangku. Itulah cara kami bercanda. Kelasnya bersebelahan dengan ku, kami akan bertemu setiap istirahat di depan perpustakaan. Berbagi cerita, canda, tawa, duka, everythink… aku baru mengenalnya selama empat bulan ini namun jika sehari saja aku tak bertemu dengannya rasanya seperti berada disekolah yg angker, kosong tanpa jiwa yg hidup hanya ada bayangan Harley dimataku. Well, aku ingat pertama kali aku mengenalnya.
Di sekolah saat hari pertama kenaikan kelas 2 tepatnya di Sekolah Menengah Atas aku melihat siswa yang tampan. Selangkah demi selangkah aku mendekati bayangan pria itu, raganya masih tak dapat aku kenali. Wajahnya begitu asing dan dermawan, aku bahkan tertarik padanya hanya dengan sekali menatapnya. Dia berada disekeliling teman-temanku, berbincang seakan sangat akrab bukan seperti siswa baru yang canggung. “hei, ca’” aku menegur salah satu temanku dan ikut bergabung berbincang bersama. “murit baru ya?” tanyaku. “udah lama Gween dari semester 2 kelas 1” sahut temanku yang lainnya. Dan bla-bla-bla…


Setiap keluar kelas kami berpapasan di depan perpustakaan, berkumpul bersama teman-teman yang lainnya. Kemudian dia mulai terbuka mengenai first love, oww exgirl friend maksudku dan kami mulai terbuka mengenai masalah pribadi. Sebenarnya aku tak seharusnya benci pada ketua osis sii Victoria, ya cinta pertamanya adalah ketua ossis *she’s tough rival aku hanya seorang coordinator Agama Muslim di osis * kemudian karna kisah Victoria yang membawaku menjadi sedekat ini dengannya.
Aku merasa bahwa Harley juga suka padaku, melalui sikapnya yang begitu perhatian, terbuka, pelukannya, rangkulannya, pegangan tangannya membuatku lebih jatuh kedalam bagian hatinya yang gelap. Tak setitikpun cahaya yang menerangiku, cahaya itu sekejap menghilang setiap dia membicarakan Victoria.
Suatu saat dia dekat dengan Salsa siswa baru, wanita yang kebetulan sekelas denganku. Diselang waktunya tanpa Victory aku tak menyangka jika ini akan terjadi, isu-isu sekelas menyebar begitu cepat dan ternyata benar. Hanya sekedar dekat, namun aku bisa merasakan rasa “cemburu” itu. Aku tidak hanya diam, akupun mendekati Nicko teman sekelasku. Bahkan tidak hanya sekedar dekat aku bahkan menerimanya menjadi pacarku. Akupun bingung mengapa aku bisa menerima pria yang baru saja semalaman SMS(short Message Service)an denganku. Mungkin karna rasa dendam dan ego yang masih besar atau karna pertumbuhan yang menyebabkan aku menjadi ABABIL(ABG Labil).
Seminggu menjalani hubungan dengan Nicko, dan seminggu juga aku tak keluar kelas menemui Harley. Aku terkadang mengintipinya dari jendela kelas yang duduk seorang diri memainkan Handphone. Sebenarnya hanya untuk memastikan keadaannya saja, aku tidak bisa memungkiri bahwa aku merindukannya. Banyak teman-teman yang bertanya “hei, udah putus ya sama Harley” senang mendengar pertanyaan itu, tapi gossip itu membuat aku selalu terancam di rapat osis karna Vicktoria yang menatapku dengan tatapan yang sinis *memilukan*.
Biasanya aku dan dia akan bercanda mebuat kebisingan didepan perpustakaan, tapi kini hening, bahkan penjaga perpustakaan kini membuka pintunya lebar-lebar *karna bising pintunya sering ditutup*. Aku tak bisa menahan rasa rindu itu, aku menarik Nicko keluar dan bertemu dengan Harley. “hei, kemana aja sih? Gk kangen apa sama gw?” Harley menepuk lenganku, kemudian matanya terpusat pada tangan ku yang masih berpegangan tangan dengan Nicko. “assik deeh yang pacaran lupa sama kawan. Pantesan si Nicko ngeliatin gw sinis banget” sambung Harley menetralkan suasana yang entah itu suasana yang dingin atau panas. “hahaha enggalah.. gimana lo sama Salsa?” Tanya Nicko yang melepaskan kecanggungan kepada Harley. Nicko juga pernah sesekolahan menengah pertama dengan Harley namun tak satu kelas sehingga merekapun telah akrab sebelumnya, sebenarnya satu tim basket juga. Aaaaarrrghhhh.. mereka ternyata sangat dekat, itu membuat ku pusing.
Seminggu ini sikap Harley sangat aneh, entah apa yang ada didalam pikirannya. Dia lebih sering memelukku, dan merangkulku yang lebih tak terduga, dia mulai mengirim SMS padaku dengan sebuah pertanyaan yang simple “lagi apa?” tapi pesan singkat itu bisa membuatku loncat-loncat dikamar karna kegirangan. Tidak ada lagi cerita mengenai Victoria, aku merasa damai dengan situasi ini bersama Harley, penjaga perpustakaan kini meutup pintunya lagi. Namun Nicko? Ya aku memutuskan Nicko. Dia pria yang baik, setiap detik dia akan mengirim SMS dan menanyakan sesuatu yang bisa bernilai sangat menghawatirkanku. Sayang sekali, perhatiannya tidak menembus atmosfir cintaku pada Harley.
Setelah aku dan Nicko putus, hari-hari menjadi sangat aneh dan semuanya menjadi sangat membingungkan, selang beberapa pekan kemudian Nicko dan Salsa berpacaran, dan Harley sampai sekarang tidak menyatakan cinta padaku.
Lelah dan jenuh dengan semua ini, rasa dan pengharapanku kini memudar dengan senyuman iklas pada kedekatan kami yang bernilai hanya dekat bagi ku. Aku membuka hatiku lagi pada orang lain, dan dengan mudahnya aku mendapatkan pacar. Pria yang baik, perhatian, dan tulus mencintaiku. Dia bukan pria dari sekolah yang sama denganku, dia hanya teman dari pacarnya sahabatku.
Aku tak berani mengatakannya pada Harley, diselang itu waktu yang biasa ku berikan pada Harley kini kuberikan untuk Ramon pacar baruku. Harley kinipun jarang berada didepan perpustakaan, dia lebih sering berada didepan pintu kelas sambil memainkan handphonenya. Disiang itu, aku ingin menceritakannya pada Harley dengan hati yang was-was aku memberanikan diri menghampirinya. “hei, bengong aja nanti kesurupan hantu perpustakaan loh” sapaku sambil menghampiri dan duduk di sampingnya. Tidak sedekat seperti biasanya, dengan jarak sekitar satu meter dia membalas sapaanku “Gween, Harley ingin bersama Gween. Harley ingin menjadi pacar Gween, Harley cemburu jika ada pria lain yang dekat dengan Gween”. Tiba-tiba jantungku berhenti berdekat, nafasku terhenti berhembus, waktu terasa berhenti berputar, aku shok. Hatiku serasa ingin menangis, aku terharu dengan yang dikatakan Harley, disamping itu aku telah menyayangi Ramon.
Aku telah menunggu sepuluh bulan agar Harley menyatakan cintanya padaku, aku berusaha sedekat mungkin dengan Harley agar dia bisa melupakan Vicktoy. “ya Harley, Gween sayang Harley juga, Gween mau jadi pacar Harley” seketika aku tak bisa melepaskan pelukan yang deberikannya. Ramon tak mengetahui ini, aku menjadi linglung untuk membagi waktu dengan kedua pria yang aku sayangi. Sebenarnya rasaku kepada Harley tak sebesar sayangku kepada Ramon sehingga Ramonlah yang lebih banyak menghabiskan waktu denganku. Aku dan Harley tak sedekat dulu saat kami masih berteman, ini sangat sulit dimengerti jika aku memikirkannya dengan perasaan, tak senyaman ketika aku dan dia berteman dulu, semuanya menjadi canggung.
Dimalam itu…
 percayalah kasih
cinta tak harus memiliki
walau kau dengannya
namunku yakin hatimu untuku
song’s by Ecoutez.
Itu adalah nada dering handphone ku, pikirku itu pasti Ramon. Aku seketika terdiam dan perlahan memencet yes untuk mengangkat telephone yang ternyata tercatat disana adalah nama Harley. Entah angin apa yang membuat Harley menelphoneku, aku menyadari sikap kami yang canggung semenjak kami berpacaran. Hari itu hari kamis, lebih tepatnya tanggal 19 “hai, bagaimana kabarmu Gween?” sapa Harley yang terdengar lesuh “baik kok” singkat jawaban dari ku. “aku ingin kita putus, aku merasa hubungan kita ini gagal kamu emang lebih cocok menjadi sahabatku saja”. Aku tersenyum, aku legah dengan keputusannya yang diambil Harley, aku tidak bisa terus menerus hidup dengan keresahan memikirkan dua pria ini.
Waktu terus berlalu semenjak putusnya aku dan Harley. Aku menjalani liburan kenaikan kelas 3 dengan tenang dan masih menjalani relationship dengan Ramon. Hingga ketika liburan usai dan aku harus datang lagi menginjakkan kakiku di sekolah, tiga hari lebih cepat dari siswa lainnya karna aku harus mengikuti penerimaan siswa baru sebagai panitia yang diselenggarakan osis. penerimaan siswa baru, ospek itu berarti bertemu dengan Vicktoria ketua osis. Kabar yang tidak enak terdengar oleh kupingku “Gween tau gk, Harley kan jadian sama Salsa” ucap via teman sekelasku yang juga menjadi anggota osis. “hmmm? Bukannya salsa pacaran sama Nicko ya?” sambungku. “ih, udah putus tau, parah ya? Emang sih murid baru biasanya dapet yang bekas, abis dapet Nicko mantan kamu, eh dapet Harley mantan kamu juga”dengan blak-blakan Viapun tampak tidak senang, dan itu sangat terbaca dari nada bicaranya, tapi sebenarnya bukan hanya Via tapi Vicktoria sejak awal pun tak suka dengan kedekatan Harley dengan Salsa. Ternyata, dulu sebelum aku dan Nicko pacaran, Harley hanya sampai titik SMSan dengan Salsa karena Vicktoria menghalanginya.
Orientasi berlalu, aku dihadapkan dengan perasaan khawatir. Berat kakiku melangkah masuk kesekolah, menginjakkan kaki kedalam gerbang, karna setelah Harley memutuskan hubungan dengan ku saat libur kemarin aku dan dia tidak pernah lagi bertemu, dan mungkin sekaranglah waktunya. Kami masih berada didalam kelas kami yang dulu, masih kelas yang bersebelahan karna belum ada pembagian kelas. Aku berdiri didepan kelas, mengarahkan mataku kekelas sebelah yaitu kelas Harley. Ternyata diapun berdiri disana sambil menatapku, “hei, sinilah…” ajak Harley. Aku tersenyum dan mulai menghentakkan kakiku menuju kearahnya. Masih tersenyum “mmm?” aku dan Harley bahkan masih merasa canggung, aku melihat tampang bingung di wajah Harley dan akupun merasakan hal yang sama. “hahaha..” kemudian kami berpelukkan seakan tak ada orang satupun yang berada disekolah. “ehkemmmm” sapa guruku yang kebetulan sedang lewat, guruku bukan hanya menyapa, tapi mengacaukan party melepas rinduku pada Harley. “ooops” kami saling melepaskan pelukan dan merapihkan kemeja kami yang agak terlepas dari dalam celana dan rok kami. Kami memasuki kelas dengan sedikit mempercepat langkah kaki, kelasnya Harley, menghindar dari guru yang memergoki kami. Sesampainya dikelas, kami saling menertawai situasi yang bodoh tadi, seperti biasa Harley mencubit pinggangku dan aku menjambaknya.
“aku jadian dengan Salsa karna kesepian tanpamu. Kamu akhir-akhir ini jarang ada waktu untukku” ucap Harley yang mendinginkan suasana. Mimic wajahku yang masih tertawa kini berubah, diam dan sedikit senyuman agar aku bisa mencairkan suasana yang mulai beku karna dingin. “mmm terus?”jawabku dengan nada yang terdengar penasaran dan ingin tau. “aku jadian dengannya tanggal 18, saat itu…” bla-bla-bla. Harley terus bercerita, namun aku tak lagi bisa mendengar. Telingaku seakan tuli, jantungku berdetak sangat kencang dan sakit. Otakku bekerja sangat cepat memikirkan tanggal, membayangkan selisih angka dikalender. Bukankah tanggal 18 itu dia masih berpacaran dengan ku? Kemudian dia memutuskan ku pada tanggal 19? Itu adalah pikiran egoisku. Artinya adalah, dia memutuskanku bukan karna kesalahan yang aku buat, tapi karna ada wanita lain. Kemudian bagaimana tentang aku dan Ramon yang tidak dia ketahui? Maka saat itulah akupun menceritakannya, hanya keterbukaan diantara kita. Dan kini yang perlu dimengerti adalah hubungan kami yang tidak bisa lebih dari sahabat. Itu akan mengacawkan dan mencanggungkan hidupmu…
Play Song’s Ecoutez : Percayalah
Semoga dengan berakhirnya lagu ini aku bisa melupakan dan tidak mengharapkanmu lagi… Berteman lebih baik bukan???


Tidak ada komentar:

Posting Komentar