"Cinderela yg kehilangan cepatu kacanya
akhirnya menikah dan hidup bahagia dgn sang pangeran. Itu yg mereka
percaya, sebenarnya tak ada kisah yg bahagia setelah menikah. cinderela terlalu
takut mengexpose khidupan stelah pernikahan mereka. Pangeran kini menjadi raja
dan di perbolehkan poligami, jadi dia memiliki istri 4 disetiap bagian
istananya yg besar. Bagian utara istri mudanya berumur 15thn, mereka baru saja
menikah 2minggu yg lalu, namun perutnya sudah membuncit seperti berumur 6bulan.
Bagian Timur istana ada istri ke 2nya berumur 17thn, yg sedang repot menyusui
anaknya yg kembar. Bagian barat ada istri ke 3 berumur 20thn yg sedang mengepak
barangnya, dia ingin pergi menceraikan Raja. Mungkin tak tahan karena Raja
jarang mengunjunginya, mungkin dia akan menikah dgn sang petani mantan pacarnya
yg masih sering mengSMSnya dan hidup bahagia di desa, tapi si petani akan
poligami stelah 10thn pernikahannya karena panennya yg banyak dan menjadi kaya.
sudah ku bilang tak ada yg bahagia setelah pernikahan. Lalu Cinderela sendiri
di istana bagian Selatan, sedang menangis karena tidak dikaruniai anak."
kemarin gadis ini bercerita ttg kisah perceraian beauty and beast. Dia merasa
perlu meyakinkan Sahabatnya untuk tak percaya akan kisah yg indah pada waktunya.
"Kamu sepertinya trauma akan pernikahan
cell, pernikahan orang tuaku berjalan baik. Mereka hidup rukun, akur, tentram
dan damai bersama kami anak2nya. kamu tak perlu pikirkan kakakmu yg menjanda,
ibu dan ayahmu, pamanmu yg telah menduda 3kali dan kluargamu yg lainnya yg
meskipun smua tak ada yg berhasil dalam pernikahan mereka" Dengan percaya
dirinya marcello.
***
Beberapa bulan kemudian "sudahlah Cello,
sudah ku bilang tak ada yg indah setelah pernikahan." gadis ini tersenyum,
tersenyum menghibur, dalam lubuknya dia tersenyum menang. "mungkin aku
jahat telah tersenyum ketika sahabatku sedih, tapi aku sudah seribukali
meyakinkannya agar tidak percaya. Aku melakukan semua ini agar dia selalu siap
dgn apa yg akan dihadapinya, aku ingin dia tidak merasakan kiamat seperti apa
yg aku rasa meskipun sekarang orangtuanya baru saja bercerai." batin gadis
ini.
"Itukah sebabnya kamu tak pernah
berpacaran?" marsello memalingkan wajahnya dari langit, menatap dalam
kedua bola mata gadis ini. Dia penasaran apa yg membuat gadis ini begitu rapuh,
begitu yakin tak ada yg indah pada waktunya. "i think so" jawabnya
lantang. Suasanya menjadi canggung, bintang-bintang sekejap sirnah yg tadinya
indah berhamburan. Awan gelap tak begitu jelas karena malam menyamarkan hitamnya.
Mereka berdua sering melakukan ritual ini setiap Marsello putus cinta, setiap
Marsello ditinggal bosan gadis2 yg pernah mengejarnya. Menceritakan suka
dukanya kepada Cella dan cella akan menceritakan dongeng after weding versinya.
Seperti kisah cinderela diatas.
Ritual curhat2an ini telah terjadi selama
bertahun-tahun di atap rumah Marsello, kadang di taman rumah Cella jika rumput2
jepang tak berembun basah oleh udara dingin yg merenggut sore. Cella bangun dan
duduk dari perbaringannya diatas tikar bergambar telletubis, yg tergeletak
diatas beton tebal atap rumah cello. "sepertinya akan hujan" ujar
gadis ini. "apa kamu tidak percaya cinta?" tanya sahabatnya lagi,
masih berbaring menikmati angin2 yg diciptakan malam. "tidak...!"
raut gadis ini berubah datar. "Tidak adakah Pria di kampus yg membuatmu
jatuh cinta?" pria ini memberanjakan tubuhnya dari tikar, duduk sangat
dekat dgn sahabatnya yg sedang mengangkat dagunya menatap langit.
"pertanyaan macam apa itu?" batin gadis itu lagi. Jantungnya jadi berdebar,
suhu badannya memanas mengalahkan udara dingin yg meniup2 tubuh mereka.
Gelengan kepala dia rasa cukup untuk menjawab pertanyaan pria ini, yg sudah
bertetangga dgnnya sejak lahir. Gelengan kepala itu berakhir dengan tatapan
marahnya, dia menutupi gugupnya. "Aku suka kalau kamu marah, kamu terlihat
cantik" cella berhenti menatap, "bagaimana caranya menutupi
senyuman?"ujar gadis ini dalam hati.
Cello mengkerutkan dahinya "kalo aku
ngomong, liat dong mataku" sejenak suasana hening. Gadis ini tak ingin
memalingkan wajahnya yg disembunyikan oleh rambutnya yg panjang dan tebal, dia
masih ingin menyembunyikan senyumannya. Tangan yg halus menghampiri dagu gadis
ini, membuat rambutnya jatuh terurai, membawa rautnya berhadapan dengan
wajahnya yg rupawan, mengecup bibir mungil yg belum tersentuh oleh bibir pria
lain. Gadis ini meneteskan air mata yg mengalir di pipi kanannya. Jantungnya yg
sedaritadi bedetak laju, berhenti seakan mati. Seluruh badannya menjadi kaku.
"Sudah lama aku ingin melakukan itu agar hatimu mencair... aku ingin
mengajarkanmu apa rasanya cinta. Tapi kamu selalu meyakinkanku bahwa cinta itu
sangat pahit bagimu... Apa persahabatan kita selama ini begitu pahit
bagimu?" setetes air mata tadi telah kering, meninggalkan bekas. Wajahnya
masih menunjukan kekokohan hati, dendam, memancarkan amarah yg disimpannya, dia
seperti bisu. Bahkan bisu tidak sama sepertinya. Kemana suara Cella yg selalu
menentang dunia?
"Bagaimana kalau ternyata aku begini
karena cemburu?" akhirnya kalimat keluar dari mulut gadis ini. Kali ini
Marsello terlihat bingung "jelaskan" jawab marcello singkat.
"Bagaimana kalau ternyata aku menentang cinta karena cemburu kepada mu?
cemburu kepada pacar2 mu?! Aku hanya ingin meyakinkanmu cinta itu pahit agar
kamu berhenti bersenang2 dgn gadis2 itu berhenti mencintai orang lain selain
aku. Iya, persahabatan kita sangat pahit, karna aku terlalu lama diselimuti
cemburu oleh cerita2 cinta mu itu". Gadis ini gemetar, emosinya
menusuk jantung yg memompa darah dgn cepat keseluruh tubuhnya. Pria ini
membisu, dia tak tau apa yg harus dikatakannya "ternyata sahabatku begini
karena aku?" batinnya, disisi lain dia tak mengerti mengapa ini terjadi
kpd sahabatnya.
Cella berdiri meninggalkan pria yg telah
membekukan hatinya "hatiku telah mengkristal dan terlapisi oleh baja, tak
akan tembus oleh kecupan kecilmu itu" ucapnya sambil berlalu. Kecupan itu
membuatnya confused, entah harus senang, atau marah. "jika kamu
menyukaiku, mengapa harus mengeras seperti batu? Mengapa harus
meninggalkanku?" hujan benar2 turun, pria ini berlari mengejar Cella yg
sudah lebih dulu masuk kerumah. "aku tidak pernah meninggalkanmu, jika
hatiku tak mengeras, seberapa kuatnya aku bertahan menahan sakit karna cemburu?
aku masuk karena hujan, aku hanya tak mau repot hujan2an karna pembicaraan konyol
ini." Gadis ini terus berjalan dgn cepat menjauhi sahabatnya. "hey,
baiklah besok kamu akan aku nikahi, berhentilah berjalan cepat, aku minta
maaf." cella menghentikan jalannya, "apa nanty kita akan
bercerai?" sambil berbalik menghadap sahabatnya, notasi suara yg tadinya
tinggi berubah 90° manja, seakan dia menyetujui ajakan pernikahan pria itu.
"semua kemungkinan bisa terjadi kan?" jawab cello yg masih tetengah-engah.
"kalau begitu aku tidak akan menikah...!" cella kemudian berlari keluar
rumah "mamah cello, cella pulang ya.." sapa gadis itu singkat sambil
berlalu dan membanting pintu rumah. "huh dasar gadis keras kepala,
ternyata dia masih takut akan perceraian" guman Marsello sambil tersenyum.
"kalau begitu, kamu harus berusaha lebih keras meyakinkannya, tdak akan pernah ada perrceraian dgn mu" celetuk mamah marcello yg asik membaca majalah diruang
tamu. Senyuman terlukis diwajah pria itu "nikah aja belum! mah...
mah"...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar