Get Money

 

13 Jul 2013

CERPEN : Jeremi Yang Lain

Aku bukan gadis yang luwes, have a good many friends. So many people knows me, but thers not talk to me. Mungkin karena aku kurang memiliki waktu nongkrong dengan mereka. Aku lebih senang membaca novel atau pulang dan tidur saja dirumah jika waktu sekolah usai, atau untuk mengisi waktu luang. Membahas masalah pribadi atau menceritakannya kepada oranglain, menggosipi atau mengudge orang bukanlah tipeku. Betapa pintarnya aku menjaga ucapanku, bahkan untuk menjaga perasaanku kepada Mr.J pun akulah ahlinya. Nice guy, cute faces adalah criteria Mr.J.
Untuk yang pertama kalinya Mr.J ini membuatku simpati, ketika kami berada dibangku kelas 2 SMA. Dia mempresentasikan tentang pencernaan sapi didepan kelas dengan bahasa baku yang indah. Dia tidak sedang berpuisi atau membaca syair, namun nada suaranya sungguh melodis dan membuatku tercengang, aku terpesona padanya.
Setahun berlalu, ini adalah anniversary setahun aku menyukainya. Aku melingkari kalender yang tertata diatas meja belajarku dengan stabilo bertinta pink, warna kesukaanku. Yang harus kalian tau, aku bukan hanya pintar menjaga rahasia, dan perasaanku, tapi aku pintar menjaga pandanganku. Tentunya agar Mr. J tidak tau betapa nyata cinta yang terpampang dari mataku ketika menatapnya.
Dikelas 3 SMA ini kami focus untuk menghadapi ujian Negara. Keuntunganku, kami mendapat kelas tambahan 3 jam sepulang sekolah. Itu artinya I have plus time with him. Namun tetap saja, aku tak berani memulai untuk mendekatinya.
“Janet, nnty malam ada party birthday dirumah Jeremi, kamu dateng gk?” ana gadis sebangku denganku, gadis yang powerfull dan penuh energik. Seluruh teman sekelas bahkan guru mengatakan aku dan ana sangat cocok untuk saling mengisi. Dia adalah satu2nya gadis yang sering curhat seluruh masalah pribadinya padaku. Bahkan cerita first date-nya dengan Jeremi, Mr. J ku. “Jeremi terlalu kekanak-kanakan net, waktu kita hangout ke mall kemarin, dia ninggalin aku ditempat makan dan malah asik main di funworld”. Tiga jam sudah aku mendengarnya bercerita tanpa berkedip, aku tak ingin melewatkan satu katapun cerita tentang Jeremi.
**
“Janet, kamu mau gk jadi pacarku?” entah sudah berapa pria yang melontarkan kalimat itu. Entah berapa puluh novel yang diberikan mereka pada saat valentine musim kemarin. Bahkan “Stupid and Contagious” karya Caprice Crane tertumpuk tiga sekaligus yang diberikan tiga pria yang berbeda. Aku telah memikirkan untuk menjualnya kemana atau menyumbangkannya saja. Sayang sekali tak satupun bingkisan atau kartu yg tercantum nama Jeremi, “dan sayangnya lagi tak satupun pria yang mampu mengalihkan bayangan Jeremi dimata hati ini,” dengan telunjuk menunjuk dada.
**
“Janet, kamu datang juga?”, “Baru kali ini liat Janet pake gaun mini gitu” seru para undangan yang mayoritas teman sekelas. Aku bahkan menghabiskan waktu tiga jam dandan hanya untuk tampil istimewa di pesta Jeremi.
“siapa gadis itu? Gadis yang dirangkul Jeremi?” pandanganku berhasil dialihkankan dari hidangan pesta. Aku menjalani dua jam party dengan penuh senyuman, senyuman kehancuran adalah kalimat yang paling tepat untuk mendeskripsikan perasaanku. “namun yang kalian ketahui, keahlianku adalah memendam perasaan.” Sepanjang pesta berlangsung, Jeremi dan gadis itu bagaikan perangko dan amplop, “menempel!!!” aku pulang dengan perasaan cemburu, kini aku belajar bagaimana rasa itu dan belajar menyimpannya.
Meskipun terlihat Mr.J telah berpacaran, tetap saja hatiku bertahan ingin memilikinya, hingga masa SMA berakhir, dan aku masih melingkari tanggal yang sama pada kalender yang berbeda. Anniversary 2th aku menyukai Mr.J, dan dia tak pernah tau perasaanku. Seluruh mantan siswa terlihat sibuk mengurus surat ini itu untuk mendaftar di Universitas.
“Janet, kamu tau gk kalo Jeremi akan menikah bulan depan? Aku sudah mendapatkan undangannya” aku terpaku bisu menatap Ana yang mengobok-obok isi perut tasnya yang mungkin isinya satu set makeup dengan merk yang berbeda-beda. Sebuah undangan hijau digenggamnya keluar dari tas seharga 45rb, sebuah tas lukis berbahan semi jinz yang sedang trand di sekolahan. Dengan tergesa-gesa, aku merampasnya “hey slow down Janet,” aku mengalihkan pandanganku pada undangan itu dan membukanya “katanya sih hamil”. “Benar” hanya itu yang keluar dari mulutku setelah melihat isi kertas hijau. Air mata yang tak terbendung sudah pasti, dan jangan lupa dengan ulu-ku yang tercabik-cabik. “Janet kamu kenpp…” belum selesai Ana berbicara “Aku gk percaya naaa… Jeremi pria yang aku suka sejak kelas 2 SMA dia pria yang mampu membuat jantungku berhenti berdetak ketika aku cemburu, dan berdebar kencang ketika dia menatapku, kamu tau alasanku menolak pria2 itu? DIA!!” Ana tercengang menatapku, entah apa yang dia pikirkan hingga membuatnya membisu. Aku terisak menangis selama 2 jam untuk merelakan waktu 2 tahunku menyukainya, dan selama itu ana diam menatapku.

Dia terlihat ingin bicara, namun dia kembali menutup mulutnya melihat aku masih terisak “hey,hey yang terpenting sekarang, kamu sudah bisa terbuka, masalah Jeremi, jangan lagi kamu pikirkan, nanti kita cari Jeremi yang lain di Universitas.” “Jeremi yang lain?” kalimat itu membuatku tersenyum, dan membuat ana terbahak. Mungkin dia tidak menyangka hanya dengan kalimat itu bisa membuatku tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar