"Jelas-jelas aku sudah lelah dengan pekerjaan
ini, mengapa kau tak bisa sedikitpun menghargai pekerjaanku? Kau malah
mengacaukan semuanya!" Muna menggerutu sendiri, tidak menyesali
kelelahannya, dia hanya ingin dipahami, diperhatiin dan dimengerti. Dia butuh beberapa
hari absen untuk hari bermalas-malasannya. Tapi sayang sekali, dia tidak akan
mendapatkannya! Kemudian tatapan muna kosong menatap dirinya sendiri dicermin,
mengenakan daster putih lusuh "iia tuan" sahut muna berteriak seakan
ada yg memanggilnya. "Jam berapa sekarang?" Dengan nada suara yg
tinggi, tuan bertanya kepada muna, muna tak berani menunjukan dirinya yg sedari
bangun pagi berdiam diri dikamar berlari menuju dapur "permisi, ini sudah
jam 8, aku harus membuatkan kopi untuk tuan" dia pekerja yg baik dan pembuat
secangkir kopi ala muna yg lezat dan harum itu. Dan berlari keruang kerja
dokter, "ini tuan kopinya, maaf saya agak bangun telat karna anda
membangunkanku setiap tengah malam untuk sesuatu yang kau sebut bekerja
malam" menunduk.
"Oh, apakah itu masih terjadi muna? Saya tidak
membangunkanmu semalam kamu tidur dengan nyenyak kata Rudy" sambil
menggenggam ganggang cangkir dengan hati-hati dan menghirup kopi buatan muna.
"Kamu pembuat kopi yg baik muna, aku senang dengan pekerjaanmu, pergilah
kembali ke kamar" Dokter kemudian berdiri berjalan menuju pintu dan
membukakan mempersilahkan muna untuk pergi, muna pergi dan berlalu. "Mengapa
tuan tidak mau mengaku bahwa semalam dia meniduriku? Dan sepanjang malam2
kemarin dia selalu membangunkanku untuk hal itu?!! Ah, apakah disana ada
nyonya? Haaaa? Nyonya akan curiga, dan akan membunuhku, dia akan mencabik-cabik
wajahku dengan kukunya, dan menjambak rambutku dengan kencang, rasanya sangat
sakit seperti dia akan membotakkan tambutku yang indah ini. Dia memang selalu
iri padaku, iri akan kecantikanku, akan gerak-gerikku yang lemah lembut."
Muna mengambil sebuah sapu dan menyapu seisi
ruangan yang disebutnya dengan rumah "muna, ini sudah dibersihkan tadi,
bukankan kamu butuh hari untuk bermalas-malasan?" Rudy menghampiri muna
yang dari seharian tadi tak kelar-kelar menyapu seluruh ruagan Rumah Sakit.
"Aku sudah terlalu lama istirahat Rudy, sudah berapa lama aku disini? Dua
tahun? Tiga tahun?" Muna seketika menghentikan pekerjaannya. "Kamu
baru empat bulan muna" jawab Rudy petugas Rumah Sakit Jiwa yang menjaga
muna. "Ini terasa begitu lama bagiku" muna kemudian meneteskan air
mata. Dia merasa sedih dan sakit di hatinya. Rudy kemudian merangkul muna untuk
kembali ke kamarnya. "Waktunya minum obat, yang botol putih.."
"botol putih 3butir, botol kuning 5butir bukan?" Muna meneruskan.
"Aku rasa kamu sudh akan sembuh dan kembali pulang"
Muna menatap wajahnya di sebuah cermin yang berada
dikamarnya. Dia memegang wajahnya yang hancur akibat siraman minyak jelata
panas. "Saya tidak akan pulang! Kamu tau wanita itu selalu saja cemburu
dengan wajah dan tubuh saya, setelah dia merusak wajah saya dia akan merusak
tubuh saya. Dan tuan??? Tuan yang menginginkan tubuh saya, malah membela
istrinya!" Muna teriak menjerit dikamar mengingat apa yang telah terjadi
padanya sebelum dia berada di Rumag Sakit Jiwa ini. Selama empat bulan ini dia
sangat sering memberontak. Rudy kemudian memeluknya, mencoba menenangkannya
dengan menyuntikan bius dari punggungnya.
"Tapi, sayalah pemenangnya. Sayalah yang
kuat" kalimat terakhir yang dia ucapkan sebelum terlelap tidur karna bius.
Munalah yang menang dalam pertengkaran hebat itu, tubuhnya yang lemah gemulai
telah menunjukan betapa kuat apa yang tertanam dalam dirinya, sayang sekali
batinnya tak mampu menahan tikaman yang ditancapkan kedua majikannya. Tuan yang
setiap malam menidurinya dan nyonya yang menghancurkan wajahnya. Yang bisa dia
lakukan, menancapkan kesakitan yang ia rasa tepat dijantung suami istri itu.
Dengan pisau yang ada di genggamannya dia kemudian sadar bahwa dia telah
membunuh kedua majikannya.
Di pagi setelah kejadian itu tepat pukul 5 pagi dia
membersihkan tubuhnya, mandi dan melakukan pekerjaannya sehari-hari.
Membersihkan rumah, membuat sarapan setiap pagi, tidak pernah telat membuatkan
kopi dan membuat makan malam. Sedangkan mayat majikannya, dibiarkan saja
membusuk di dapur. Sehari-hari dia bekerja di dapur melangkahi dan bahkan
menginjakan kakinya pada kedua mayat majikannya. Matanya seakan buta, hidungnya
seakan tak mencium bau mayat yang perlahan akan mencair itu.
Polisi mendapati muna setelah 5 hari kejadian itu,
dia hanya sedang bekerja, mencuci baju di dapur yang tak jauh dari situ ada
kedua mayat majikannya. Polisi mengefakuasi muna namun tak satupun informasi
yang didapatkan mereka. Muna hanya tertawa, menjerit, dan berbicara sendiri.
Hanya CCTV rumah itu yang dapat memberikn informasi akan tragedi muna. Mereka
memfonis muna gila dan kejadian pembunuhan itu dianggap sebagai pembelaan diri
muna dari siksaan kedua majikannya.
So, muna mungkin akan tetap di kamarnya dengan
mengenakan daster putih yang lusuh itu sampai dia lupa ingatan, atau lupa akan
bayangan masa lalunya yang terus menghantui malam2 dari tidur muna. Dia akan
terus membuat secangkir kopi untuk Dokter yang dianggapnya sebagai majikannya,
dan akan menyapu ruangan Rumah Sakit didampingi oleh Rudy. Dia hanya berkerja,
ya, muna hanya bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar